(Berita-Bisnis) – Informasi penting yang disampaikan oleh eksekutif Aeon Group, peritel raksasa asal Jepang, dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, pada awal Februari silam, telah menjadi kenyataan.
Lewat perjanjian franchise, Aeon Group memberikan kepercayaan kepada PT Bahagia Niaga Lestari untuk membuka sekaligus mengoperasikan minimal 300 gerai convenience store berlabel Ministop di Indonesia, mulai dari Febuari 2013 sampai tahun 2018.
Namun sayang, sampai saat ini, belum ada informasi lebih lanjut perihal rencana ekspansi yang bakal digelar oleh Bahagia Niaga Lestari. Bisa jadi di awal tahun depan nanti, akan muncul titik terang.
Perlu diketahui, Ministop adalah gerai convenience store yang cukup populer di kawasan Asia. Di Jepang misalnya, tak kurang dari dua ribu gerai telah beroperasi. Dengan jumlah yang hampir sama, gerai sejenis mudah ditemukan di Korea Selatan, Vietnam, China, dan Filipina. Malah di Filipina, Ministop disebut-sebut jauh lebih populer ketimbang gerai convenience store 7-Eleven yang berasal dari Dallas, Texas, Amerika Serikat.
Selain memiliki dapur yang siap menyajikan makanan sesuai dengan pesanan pelanggan, gerai Ministop pun menjual makanan cepat saji dan es krim. Selebihnya, idem dengan gerai-gerai convenience store lainnya.
Bahagia Niaga Lestari sendiri kabarnya merupakan bagian tak terpisahkan dari PT Supra Boga Lestari Tbk., pengelola specialty grocery store Ranch Market dan Farmer’s Market, yang medio Juni lalu mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Tapi belakangan, Erwan Irawan membantah kabar tersebut. Kepada harian Kontan, Corporate Secretary Supra Boga Lestari itu mengatakan, pihaknya telah melakukan spin off terhadap Bahagia Niaga Lestari sejak Desember 2011 dengan alasan tidak efisien.
Kendati begitu, bila kinerja Bahagia Niaga Lestari di kemudian hari cukup meyakinkan, bukan tidak mungkin Supra Boga Lestari akan mengakuisisi kembali Bahagia Niaga Lestari. Sebuah kondisi yang diprediksi bakal berjalan mulus karena menurut berita yang ditulis oleh Wall Street Journal, Bahagia Niaga Lestari adalah unit usaha dari Uninda Company yang nota bene juga memiliki anak usaha bernama Supra Boga Lestari.
Sembari menunggu kabar yang barangkali tersiar di awal tahun 2013 nanti, kenyataan yang ada saat ini telah menunjukkan bahwa gerai convenience store sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat di Indonesia. Paling tidak di kota-kota besar. Bahkan, bagi sebagian lapisan masyarakat Jakarta misalnya, gerai convenience store malah sudah dipandang sebagai lokasi multi fungsi. Selain untuk hangout, di gerai convenience store pun, meeting bisa digelar.
Lembaga riset Nielsen Indonesia pernah menyampaikan informasi bahwa jumlah total convenience store di Indonesia (toko ritel yang fokus menjual produk fast moving non sembako dan memiliki konsep gerai seperti lokasi hangout) minimal telah mencapai 450 gerai, dua tahun silam.
Tahun depan, jumlah itu diperkirakan bakal membengkak lagi menjadi 750 gerai. Artinya, dalam tempo tiga tahun akan bertambah 300 gerai baru, alias dalam kurun setahun 100 gerai anyar dioperasikan, atau setiap bulannya -paling tidak- sebanyak 8 gerai baru diresmikan.
Bila menengok langkah bisnis PT Modern Putra Indonesia selama ini, jangan-jangan prediksi tadi bisa terlampaui. Pasalnya, anak usaha PT Modern Internasional Tbk. yang mengelola gerai convenience store 7-Eleven ini, tampak begitu agresif mengembangkan jaringan gerainya. Buktinya, hingga 31 Desember 2011, jumlah gerai 7-Eleven telah mencapai 57 gerai atau naik hampir tiga kali lipat dari akhir tahun 2010 (21 gerai).
Tahun ini, Modern Putra Indonesia berniat menambah 60 gerai baru lagi. Kalau rencana itu terealisasi maka Modern Putra Indonesia dipastikan akan mengoperasikan 117 gerai 7-Eleven sampai akhir tahun 2012 – 12 gerai diantaranya merupakan milik investor lain lewat skema waralaba. Dan, sampai akhir Juni lalu, tak kurang dari 76 gerai 7-Eleven sudah dibuka di berbagai lokasi di Jakarta.
Medio November 2009 adalah saat pertama bagi Modern Putra Indonesia menjejakkan kakinya di bisnis convenience store di Indonesia. Kala itu, Modern Putra Indonesia -kabarnya memiliki master franchise agreement selama 20 tahun dari 7-Eleven Inc. sejak 3 Oktober 2008- membuka gerai pertama 7-Eleven di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. Sesudahnya, cerita tentang Jakarta yang seolah “diserbu” gerai 7-Eleven pun lantas terbentuk.
Oh ya, ada fenomena yang cukup menarik untuk diperhatikan setelah gerai 7-Eleven beroperasi. Pebisnis convenience store lain yang sudah hadir terlebih dahulu tampak seakan “terpaksa” me-relaunch konsep dan desain gerainya. Jika sebelumnya gerai yang dioperasikan tak ubahnya mini market, belakangan gerai-gerai itu didandani dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang mirip dengan 7-Eleven. Misalnya, wifi gratis, tempat duduk outdoor, dan bahkan sajiannya pun turut diperbaharui.
Maklumlah, jika hal itu tidak dilakukan, bisa-bisa mereka akan “ketinggalan kereta”. Pasalnya, mustahil untuk membendung gelombang kunjungan konsumen ke gerai 7-Eleven yang menurut Henri Honoris, Presiden Direktur Modern Putra Indonesia, mencapai 80 ribu orang per harinya. Jadi, yang paling mungkin dan masuk akal untuk dilakukan adalah mencoba “mirip” dengan gerai 7-Eleven. Akankah usaha itu bakal berhasil?
Tanpa bermaksud meniadakan upaya keras yang telah dan sedang dilakukan oleh para pebisnis convenience store lain, Modern Putra Indonesia tampaknya yang paling banyak mendulang uang dari bisnis convenience store, sampai saat ini.
Selama kuartal pertama tahun ini, Modern Internasional -induk usaha Modern Putra Indonesia- berhasil membukukan pendapatan sebanyak Rp 244,2 miliar alias naik 28,7 persen ketimbang total pendapatan kuartal pertama tahun lalu (Rp 189,7 miliar).
Dari jumlah total perolehan pendapatan tersebut, gerai 7-Eleven memberikan kontribusi sebesar Rp 119 miliar. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp 50,14 miliar), angka itu jelas-jelas mengalami peningkatan yang sangat pesat. Bagaimana dengan tahun ini? Henri Honoris memproyeksikan total penjualan seluruh gerai 7-Eleven bakal menyentuh angka Rp 1,04 triliun sampai akhir Desember 2012.
Cemerlangnya kinerja bisnis Modern Putra Indonesia itu tentu saja mengundang perhatian peritel lain. Apalagi belum semua lokasi strategis di Jakarta -termasuk kota-kota besar lainnya- dipenuhi gerai convenience store. Artinya, peluang masih terbuka lebar.
So, Bahagia Niaga Lestari adalah salah satu contoh yang juga ingin menikmati fulus dari bisnis convenience store. Di samping itu, ada juga PT Midi Utama Indonesia Tbk. Pemilik jaringan 248 gerai minimarket Alfamidi ini mengklaim bahwa pada akhir tahun 2009 telah mengoperasikan 35 gerai convenience store Alfaexpress yang dirilis dengan tagline Cepat dan Nyaman. Selang setahun (akhir tahun 2010), jumlah gerai itu telah membengkak menjadi 161 gerai – 96 gerai diantaranya berlokasi di Surabaya.
Namun, kalau mau jujur -kendati masuk dalam kategori convenience store– tampilan Alfaexpress agaknya masih jauh dari pengertian convenience store di benak banyak konsumen Indonesia. Pasalnya, sangat sulit untuk menemukan gerai Alfaexpress yang menyediakan fasilitas wifi gratis dan tempat duduk outdoor. Sajiannya pun nyaris tak jauh beda dengan mini market pada umumnya. Alhasil, jumlah kunjungan tidak sederas gerai 7-Eleve. Lantas, apa yang terjadi, padahal Alfaexpress beroperasi lebih dahulu ketimbang 7-Eleven?
Konsep yang diusung oleh Alfaexpress itu sejatinya tidak salah dan memang seperti itulah yang berlaku di negara-negara asal convenience store. Persoalannya adalah perilaku dan selera pasar di Indonesia-lah yang kemudian menjadi penentu keberhasilan.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh Berita-Bisnis, terbetik kabar, bahwa Modern Putra Indonesia memerlukan waktu yang cukup lama untuk bernegosiasi dengan pihak prinsipal agar pemilik franchise 7-Eleven itu bersedia mengakomodir kondisi di lapangan. Yang dimaksud dengan kondisi di sini adalah perilaku konsumen Indonesia yang doyan kongkow sekaligus sosialisasi. Modern Putra Indonesia bersikukuh format awal convenience store terhitung sulit untuk dipasarkan di Indonesia. Artinya, dibutuhkan modifikasi yang sesuai dengan selera pasar.
Setelah melalui proses perundingan yang lama dan alot, presentasi Modern Putra Indonesia itu akhirnya disetujui. Dan, perjalanan waktu kemudian memperlihatkan kajian serta analisa pasar Modern Putra Indonesia terbukti jitu.
Langsung maupun tidak langsung, fenomena ini barangkali menjadi bahan pembelajaran bagi Midi Utama Indonesia. Sebab, menjelang akhir tahun lalu, untuk pertama kalinya, Midi Utama Indonesia merilis gerai Lawson yang sepintas menyerupai gerai 7-Eleven. Dan, hingga akhir Desember silam, Midi Utama Indonesia tercatat telah mengelola 7 gerai Lawson yang tersebar di berbagai lokasi di Jabodetabek. Dengan slogan One Stop For Your Quality Time, Lawson membidik konsumen berusia 18 hingga 40 tahun dan menyediakan tempat hangout yang nyaman bagi para pengunjungnya.
Tahun ini, menurut Suantopo Po, Finance Director dan Corporate Secretary Midi Utama Indonesia, pihaknya berencana membuka 100 gerai baru Lawson yang akan dilakukan secara bertahap. Kelak, di tahun 2013, Midi Utama Indonesia akan menjual Lawson dengan skema waralaba.
Dalam satu kesempatan ke media, Suantopo Po belakangan memberikan isyarat bahwa tidak tertutup kemungkinan pihaknya bakal lebih fokus ke pengembangan gerai Lawson. Terlebih-lebih, Midi Utama Indonesia sudah menggenggam master licence agreement dari Lawson Incorporated selama 25 tahun.
Sekedar informasi, selain 7-Eleven dan Lawson, bisnis convenience store di Indonesia juga diramaikan dengan kehadiran Point Indomaret yang dikelola PT Indomarco Prismatama (pemilik gerai Indomaret), Starmart yang dibesut PT Hero Supermarket Tbk., Orange Mart (PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.), dan Circle K yang dioperasikan oleh PT Circle K Indonesia. Kelak, pentas bisnis ini bakal bertambah dengan kehadiran Ministop.
Jika melihat beragam perubahan dan pembenahan yang sedang dilakukan, bukan tidak mungkin posisi Modern Putra Indonesia bakal segera dipepet oleh peritel lain, dalam waktu tidak lama lagi. Meski demikian, Modern Putra Indonesia-lah yang tercatat merajai pentas bisnis convenience store di Indonesia, paling tidak hingga saat ini.
Buktinya, walau hanya mengoperasikan 117 gerai 7-Eleven (direncanakan sampai akhir tahun ini), Modern Putra Indonesia telah mencanangkan ambisinya untuk meraup uang sebanyak Rp 1,04 triliun hingga tutup tahun ini. (BB/dbs/Christov)