
Pabrik tersebut direncanakan memiliki kapasitas 2 miliar tablet dan 100 juta ampul per tahun. Pabrik anyar itu juga otomatis melengkapi pabrik serupa yang telah beroperasi sebelumnya di Simongan, Semarang.
Menurut Iswanto, Direktur Utama Phapros, pabrik kedua senilai Rp 350 miliar itu diharapkan sudah bisa beroperasi pada akhir tahun 2014.
Ditambahkan, pabrik Phapros Simongan dirancang dengan sistem operasional semi otomatis dan bakal menyerap kurang lebih 200 hingga 250 tenaga kerja.
Phapros menegaskan pabrik yang beroperasi di Simongan, Semarang, kelak diarahkan khusus untuk memproduksi beragam obat injeksi dengan kapasitas produksi sebanyak 100 juta kemasan per tahun.
Sampai akhir Desember silam, Phapros berhasil membukukan penjualan bersih senilai Rp 529,75 miliar atau naik 12,5 persen ketimbang pencapaian tahun sebelumnya.
Sementara itu, laba tahun berjalan mencapai Rp 69,14 miliar alias tumbuh 7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Phapros merupakan anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia yang berkecimpung di bisnis farmasi dan hingga kini telah memproduksi 342 item obat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 313 item diantaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri (non-lisensi).
Masih di lini bisnis farmasi dan alat kesehatan, Rajawali Nusantara Indonesia juga mengelola PT Mitra Rajawali Banjaran yang memproduksi kondom. (BB/as/Luki)