(Berita-Bisnis) – Alkisah, di sebuah perusahaan besar, tersebutlah seorang regional sales manager sebagai “anak emas” sang pemilik. Memang, sama seperti sebagian besar perusahaan dengan distribusi geografis luas, organisasi penjualannya dibagi ke dalam beberapa wilayah. Masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang regional sales manager.
Jangan salah, si “anak emas” ini bukan saudara atau keluarga dari pemilik. Dia adalah seorang profesional. Satu-satunya alasan ia menjadi “anak emas” adalah karena prestasinya bagus. Dia juga memiliki bawahan yang loyal. Sangat sempurna sebagai seorang manager.
Sebagai anak “emas”, ia memperoleh semua keistimewaan yang tidak diberikan kepada koleganya. Bonus jauh lebih besar, wewenang jauh lebih tinggi, fasilitas jauh lebih, mewah, suaranya selalu diikuti di rapat, dan sebagainya dan seterusnya. Intinya, ia adalah sosok yang sangat berkuasa.
Cerita berlanjut. Dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu –somehow– sang pemilik memutuskan untuk menjual perusahaannya. Dan, masuklah pemilik baru beserta orang-orangnya. Situasi pun berubah.
Sebagai pemilik dan manajemen baru, mereka tidak memiliki keterkaitan emosi dan tidak peduli dengan kisah suksesnya di masa lalu. Berbagai kebijakan diterapkan, standarisasi diberlakukan, wewenang istimewanya hilang.
Sang “anak emas” pun kecewa, marah dan melawan. Akhir cerita, seperti film dengan sad ending, sang “anak emas” meninggalkan perusahaan dengan cara yang kontroversial.
Kejadian di atas membawa saya ke dalam suatu renungan: “apakah salah bila suatu perusahaan memiliki “anak emas”?”. Bukankah dia adalah top performer?
Sesungguhnya, organisasi harus membedakan penghargaan yang diberikan kepada seseorang karena dia berprestasi dengan fasilitas yang diberikan karena jabatan atau fungsi dalam organisasi. Silahkan memberikan bonus besar karena performance. Itu bersifat variabel terhadap prestasi atau kinerja.
Tetapi, bila organisasi mengatakan bahwa seorang regional sales manager mendapat mobil tipe tertentu, maka semuanya harus memperoleh fasilitas yamg saja. Well, tentu saja fasilitas juga dapat bersifat multi parameter. Misal, tipe mobil dikaitkan dengan size bisnis, dan seterusnya. Yang penting, ia bersifat definitif.
Tetapi, saya sadar bahwa untuk organisasi yang baru berkembang, pengaturan mengenai banyak hal belum ada.
Untuk sang pemilik, secara intiutif, orang yang paling bisa membantu dia memperbesar bisnis dan mencetak untung besar harus dipertahankan. Akibatnya, kedua hal tersebut bercampur aduk menjadi satu. Dan, lahirlah si anak emas. Jadi, fenomena anak emas -sesungguhnya- sangat alamiah, manusiawi dan dapat dibenarkan.
Repotnya -ini yang sering terjadi- adalah praktek yang kebablasan. Organisasi sudah besar, kebijakan sudah disusun, tetapi sang pemilik sendiri terus menerus melanggarnya sendiri. Tentu saja, pemilik -yang umumnya juga merupakan mamajemen puncak di organisasi yang baru berkembang- memiliki hak sepenuhnya untuk mengambil keputusan apa pun, termasuk melanggar kebijakan yang ia setujui sendiri.
Yang tidak disadarinya adalah tindakan tersebut sangat berpotensi menciptakan gap dan dampak negatif untuk organisasi secara keseluruhan.
Jadi, bila di organisasi Anda telah mulai muncul istilah “anak emas,” perlakuan istimewa dan sejenisnya, ada baiknya dilakukan tindakan preventif atau korektif secepatmya. Pertama, bedakan penghargaan yang berkaitan dengan kinerja dengan fasilitas jabatan. Penghargaan yang berkaitan dengan kinerja selalu merujuk pada aktual pencapaian vs target yang diberikan. Fasilitas jabatan berkaitan dengan peranan seseorang dalam organisasi.
Kedua, definisikan kedua hal tersebut dan ijinkan setiap orang yang memiliki pekerjaan yang sama untuk menikmatinya, sepanjang mereka memenuhi kriteria yang didefinikan. Bila Anda ingin memberikan yang istimewa kepada sang “anak emas” di awal implementasi, jadikan kondisi dan situasi dia suatu kategori.
Misal, bila suatu region dapat mencapai volume bisnis tertentu -seperti region sang “anak emas-” maka regional sales manager tersebut juga akan berhak mendapatkan hal yang sama dengan sang “anak emas”. Bila ternyata memang ada yang bisa mencapainya, bukankah Anda juga akan senang memberikannya? Karena itu berarti Anda sekarang memiliki dua “anak emas”.
Dan, bila semua region bisa meningkatkan volume menjadi seperti region sang “anak emas”, maka semua regional sales manager Anda akan menjadi “anak emas” Anda. Happy ending bukan?
Ketiga, buang ego Anda sebagai pemilik yang ingin menunjukkan kekuasaan. Biarkan sistem bekerja. Ingat, ketika Anda mulai memikirkan kebijakan, itu adalah indikator jelas bahwa bisnis dan organisasi mulai berkembang. Anda sesungguhnya sadar bahwa gaya terserah Anda sudah harus berubah. Bila Anda tidak suka dengan outcome dari suatu kebijakan, gantilah kebijakan tersebut. Jangan terus menerus mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kebijakan.
Terlihat mudah? Ya, di level konsep. Implementasi? Itu cerita yang sangat berbeda.
Penulis adalah seorang praktisi strategi bisnis
Penulis bisa dihubungi di: jopiejusuf@gmail.com