Ketika itu, Maia Estianty menyampaikan keinginannya untuk membangun pabrik air minum dalam kemasan (AMDK) di Banyuwangi lantaran kota di ujung timur Pulau Jawa itu diketahui luas memiliki sejumlah sumber air yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Di saat yang sama, Maia Estianty pun menyatakan bahwa perusahaan AMDK miliknya akan bernaung di bawah bendera Paramita Inti Prana. Namun sayang, hingga saat ini, kabar pendirian perusahaan AMDK skala internasional itu tidak terdengar lagi.
Justru pada medio Agustus 2013, Hermanto Tanoko, pemilik PT Sariguna Primatirta -produsen AMDK merek Cleo dan Anda- mengumumkan bahwa pabrik baru AMDK-nya bakal mulai beroperasi di Banyuwangi, pada akhir tahun ini.
Pabrik itu merupakan satu dari tiga pabrik baru Sariguna Primatirta yang akan hadir pada medio Desember mendatang.
Sejatinya, dengan berbekal dana sebesar Rp 100 miliar, Sariguna Primatirta -populer dengan label Tanobel Food- membangun empat pabrik baru yang berlokasi di Bandung, Cirebon, Sumenep, dan Banyuwangi. Dan, sesuai dengan rencana awal, tiga pabrik diproyeksikan berproduksi lebih dulu. Adapun satu pabrik lagi menyusul beroperasi pada tahun 2014.
Sariguna Primatirta menginformasikan, kehadiran pabrik anyar di Bandung, Cirebon, Sumenep, dan Banyuwangi, otomatis akan melengkapi sebelas pabrik Cleo (Pandaan, Jember, Bangkalan, Kudus, Cikerep, Bekasi, Banjarmasin, Makassar, Bali, Lombok) yang sudah beroperasi sampai saat ini.
Produsen AMDK yang berafiliasi dengan produsen cat Avian Group itu juga menyatakan, hingga pertengahan tahun ini, dengan ditopang kapasitas produksi yang mencapai 100 juta liter per bulan, pangsa pasar Cleo dan Anda baru bertengger di kisaran 4 persen.
Itu pula sebabnya, masih kata Hermanto Tanoko, kehadiran empat pabrik baru tadi otomatis akan melambungkan total kapasitas produksi Sariguna Primatirta yang pada akhirnya diharapkan mampu mendongkrak peningkatan market share Cleo dan Anda menjadi sekitar 10 persen.
Harapan itu tentu saja masuk akal mengingat konsumsi AMDK di Indonesia selalu meningkat saban tahun. Ambil contoh, tahun lalu. Sampai akhir medio Desember 2012, Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) memperkirakan realisasi konsumsi AMDK secara nasional telah mencapai kurang lebih 19,8 miliar liter.
Sementara itu, dalam tiga bulan pertama tahun 2013, tingkat konsumsi AMDK tercatat sebesar 5 miliar liter alias tumbuh 9,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan sampai akhir tahun nanti, total konsumsi AMDK diperkirakan lebih dari 21,78 miliar liter atau naik 10 persen ketimbang realisasi tahun 2012.
Bagaimana dengan tahun depan? Angka itu diduga kuat pasti berubah. Bukan apa-apa, selain karena dipengaruhi pertimbangan praktis dari konsumen, pertambahan jumlah penduduk pun sangat berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi AMDK yang minimal mencapai 1 miliar liter per tahun.
Satu kondisi yang tampaknya tak luput dari perhatian PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang dinahkodai Anthoni Salim.
Buktinya, pada pertengahan Oktober 2013, Direktur Utama Indofood CBP Sukses Makmur dan bos Salim Group itu telah merilis kerjasama baru yang dijalinnya bersama Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte. Ltd., untuk menggarap bisnis AMDK di Indonesia.
Lantas, pada tahap selanjutnya, kedua pihak bersepakat untuk menjalin kemitraan dengan PT Multi Bahagia, produsen AMDK merek Club.
Oh ya, ada informasi tambahan yang disampaikan Anthoni Salim sewaktu menyampaikan terbentuknya aliansi strategis tadi, yaitu pangsa pasar bisnis AMDK di segmen minuman non-alkohol, terhitung sebagai market share terbesar (30 persen).
Makanya, Indofood CBP Sukses Makmur pun seolah tak kuasa menampik gurihnya bisnis AMDK. Terlebih lagi -seperti yang telah dipaparkan di atas- pertumbuhannya selalu menjulang ke atas, dari tahun ke tahun.
Tentu saja, bukan hanya kelompok Salim yang berkecimpung di bisnis AMDK. Jauh sebelumnya, via PT Sinar Mas Multiartha Tbk, Sinar Mas Group telah hadir di arena bisnis ini melalui merek Pristine yang diproduksi oleh PT Super Wahana Tehno.
Cuma belakangan, tepatnya pada medio Juni lalu, Sinar Mas Multiartha melepas 35,19 persen sahamnya di Super Wahana Tehno dan kemudian beralih dikuasai oleh anak usaha Sinar Mas Group lainnya yang bernama PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.
Lagi-lagi, sebagaimana yang tercantum dalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia waktu itu, faktor pertumbuhan bisnis AMDK menjadi alasan bagi manajemen Sinar Mas Agro Resources and Technology untuk menggelar corporate action tersebut.
Sebenarnya, berapa besar sih nilai bisnis AMDK di Indonesia?
Berdasarkan catatan Berita-Bisnis, jika taksiran konsumsi AMDK secara nasional mencapai minimal 21,78 miliar liter pada akhir tahun nanti, maka market size bisnis AMDK pada saat itu diperkirakan sudah berada dalam kisaran angka Rp 329 triliun.
Artinya, memang sangat pantas untuk digarap habis-habisan, bahkan oleh pebisnis bermodal kecil sekali pun. Karena itu, jangan heran, lima tahun silam, Aspadin mencatat lebih dari 50 investor dan calon investor yang berinvestasi di bisnis AMDK, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa.
Di Papua sendiri kala itu sudah beroperasi empat pabrik AMDK plus beberapa di pulau-pulau kecil di Maluku. Hal yang sama berlaku juga di Sulawesi dan Kalimantan. Adapun sepanjang tahun lalu, tak kurang dari 500 perusahaan AMDK telah beroperasi di Indonesia.
Meski demikian, setali tiga uang dengan lanskap bisnis yang lain, arena bisnis AMDK juga tak luput dari dominasi beberapa pebisnis yang jauh lebih unggul. Diketahui, dari total 500 perusahaan tadi, hanya sekitar 10 perusahaan yang menguasai 60 persen pangsa pasar bisnis AMDK.
Pada tahap ini, nama Aqua sudah pasti tidak bisa dilupakan. Semuanya pasti mafhum adanya Aqua bahkan sudah lama menjadi nama generik untuk ketegori produk AMDK di Indonesia.
Hingga akhir Desember tahun lalu, Aqua -produk keluaran PT Tirta Investama yang bernaung di bawah Danone Group- terhitung masih memimpin bisnis AMDK. Dengan dukungan 16 pabrik berkapasitas sekitar 10 miliar liter per tahun, Aqua menggenggam 42 persen market share bisnis AMDK di Indonesia.
Bagaimana dengan tahun ini? Aqua sepertinya tak akan tergoyahkan. Bahkan sejak dari tahun lalu, Aqua sudah berancang-ancang mengerek penjualannya meningkat hingga 12 persen sampai akhir tahun nanti. Itu berarti, triliunan rupiah dipastikan bakal mengalir deras ke pundi-pundi Danone Group.
Last but not least, lembaga riset Zenith International dari Inggris pernah menggelar survei selama hampir sembilan bulan di kawasan Asia, Timur Tengah, dan Pasifik.
Hasilnya, riset pesanan International Bottled Water Association (IBWA) pada tahun 1990-an itu menegaskan bahwa Aqua adalah merek AMDK terbesar di tiga kawasan tersebut. Sementara untuk tingkat dunia, Aqua berada di posisi kedua setelah Evian. (BB/dbs/Christov)