Maklumlah, likuiditas ketat, suku bunga serta proyeksi pasar otomotif domestik yang diperkirakan melambat, sepertinya masih akan membayangi para pebisnis multifinance hingga akhir tahun 2015.
Alhasil, sebagai antisipasi terhadap beragam ketidakpastian turbulensi dunia usaha itu, Astra Credit Company pun menggelar berbagai jurus.
Salah satunya adalah berniat merambah segmen pembiayaan apartemen dan perumahan, mesin-mesin produksi maupun pembiayaan untuk kapal.
Bersamaan dengan itu, Astra Credit Company juga berupaya fokus kepada implementasi strategi Customer Intimacy plus tetap aktif membuka kantor cabang baru di berbagai lokasi di seluruh Indonesia.
Dan, jika tak ada halangan, Astra Credit Company sudah menyiapkan rencana pengoperasian enam kantor cabang anyar selama tahun 2015. Adapun yang terbaru, pada awal Desember ini, Astra Credit Company resmi membuka kantor cabang yang ke-70 yang berlokasi di kawasan Jl. Proklamator, Bandar Jaya, Lampung Tengah.
Kata Denny Santoso, Executive Vice President Retail Sales Astra Credit Companies, kantor cabang baru itu diharapkan bakal mampu melayani pembiayaan otomotif sebesar Rp 8 miliar hingga Rp 8,5 miliar per bulan.
Dijelaskan pula, kehadiran kantor cabang Bandar Jaya tersebut, otomatis melengkapi jajaran kantor cabang Astra Credit Companies yang sudah dibuka sebelumnya di area komersil Sumatera bagian Selatan, yakni di Bengkulu, Jambi, Lampung, Muara Bungo, Palembang, dan Pangkal Pinang.
Berita-Bisnis mencatat, Astra Credit Companies sepanjang tahun lalu berhasil membukukan pembiayaan sebesar Rp 26,14 triliun. Adapun sampai tutup tahun ini, angka tersebut diharapkan bergerak naik menjadi Rp 27 triliun.
Sementara hingga akhir November lalu, Astra Credit Companies diketahui sudah mencatat pembiayaan sebanyak Rp 25,4 triliun yang berasal dari pembiayaan 195 ribu unit kendaraan, baik mobil baru maupun mobil bekas.
Dalam kondisi tersebut, pembiayaan mobil baru masih menjadi andalan dengan kontribusi sekitar 70 persen. Setelah itu, menyusul pembiayaan mobil bekas sebanyak 28 persen. Sisanya merupakan pembiayaan alat berat. (BB/as/Christov)