(Berita-Bisnis) – Selama tiga bulan ke depan, dua puluh wanita wajib menjalani Weight Management Program. Selama masa itu pula, para kontestan bakal melakoni berbagai aktifitas, seperti olahraga, fitness, cek kesehatan hingga konsultasi gizi. Harapannya, seusai mengikuti program itu, mereka terhindar dari obesitas.
Ya, para kontestan tadi adalah peserta Weight Management Program yang dirancang oleh PT Roche Indonesia. Dan, selama program dijalankan, mereka bakal nampang di layar televisi dalam kemasan reality show bertajuk Bye Bye Big, Get Slim Get Healthy. Jika tak ada aral melintang, tayangan itu bisa disaksikan di Metro TV mulai tanggal 29 September 2012. Tersedia hadiah besar bagi pemenang.
Supaya tidak monoton, Roche Indonesia memberikan kepercayaan kepada Tike Priatnakusumah sebagai pemandu acara. Artis ini sukses menurunkan berat badannya hingga 17 kilogram. Roche Indonesia juga menggandeng Celebrity Fitness yang tampaknya kebagian tugas sebagai penyedia lokasi fitness bagi semua kontestan. Sebelumnya, Roche Indonesia telah menggelar audisi di pusat perbelanjaan Gandaria City, Jakarta.
Kombinasi kemitraan itu sebenarnya tak lepas dari upaya Roche Indonesia untuk mempopulerkan Bye Bye Big, Get Slim Get Healthy. Bila peserta bejibun maka reality show tadi pun bakal sukses sebagai sarana marketing bagi Roche Indonesia. Terlebih lagi jika tayangan itu mampu menarik minat pemirsa. Bayangan multi efek positif yang tercipta kemudian terhadap Roche Indonesia dan produk yang ditawarkannya, sudah melintas di depan mata. Bisakah?
Anak usaha produsen farmasi dan kesehatan global Roche Group yang bermarkas di Basel, Swiss ini, punya data menarik untuk disimak. kata Aileen Kelleher, Business Unit Head Specialty Care Roche Indonesia, kepada media, beberapa waktu lalu, tak kurang dari 21,7 persen penduduk Indonesia diduga mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
Jika kembali ke belakang, pada tahun 1997, hasil riset Departemen Kesehatan sudah memperlihatkan bahwa 17,5 persen jumlah orang dewasa di Indonesia termasuk kategori kelebihan berat badan dan 4,7 persen (9,8 juta jiwa) diantaranya, terbilang kategori obesitas.
Hasil riset yang sama juga menunjukkan perbedaan yang signifikan dua tahun silam. Ketika itu, jumlah obesitas lebih tinggi dari jumlah orang dengan kelebihan berat badan saja. Bagaimana dengan tahun ini? Pelan tapi pasti, angkanya merangkak naik.
Program Bye Bye Big, Get Slim Get Healthy memang bukan aksi corporate social responsibility semata. Ada materi komersial di dalamnya terutama berkaitan dengan produk obat resep Xenical yang sudah diperkenalkan Roche Indonesia sejak tahun 2000 silam.
Sekitar lima tahun lalu, Roche Indonesia melansir sebuah program penurunan berat badan bertajuk Xenicare. Program yang ditujukan kepada penderita obesitas itu disusun dengan cara melibatkan dokter yang berfungsi sebagai advisor yang mampu memberikan saran ampuh kepada pasien. Padahal di beberapa negara lain, Xenical dipasarkan sebagai obat bebas.
Strategi ini sebenarnya tak lepas dari keinginan Roche Indonesia yang hendak meminimalisir kesalahan pasien saat mengonsumsi obat Xenical. Maklumlah, efektifitas obat anti diabetes itu berkaitan juga dengan pola makan si pasien. Di sisi lain, tidak seperti obat anti obesitas lainnya yang bekerja pada sistem saraf pusat, Xenical diklaim bekerja secara lokal dalam saluran pencernaan.
Singkat cerita, Roche Indonesia akhirnya menggelar Xenicare selama empat bulan. Dengan dukungan dokter, ahli gizi plus sarana komunikasi semacam website dan layanan hotline bebas pulsa, Xenicare disebut berhasil melayani puluhan ribu penderita obesitas secara gratis. Roche Indonesia bahkan mengklaim pertumbuhan omset Xenical bisa mencapai 20 persen per tahun.
Lebih dari itu, sejak diluncurkan pada tahun 2000, obat etikal Xenical dikabarkan telah mampu menguasai pangsa pasar obat anti obesitas kurang lebih 63 persen, sampai sekarang.
Kendati demikian, Roche Indonesia tampaknya tidak mau berpangku tangan. Apalagi bila merujuk ke data yang diterbitkan Intercontinental Marketing Services (IMS) Health tahun lalu. Saat itu, dari total penjualan obat resep secara nasional di semester pertama tahun 2011, IMS Health mengungkapkan bahwa PT Sanbe Farma berhasil membukukan nilai penjualan sebanyak Rp 910,84 miliar sekaligus meraup pangsa pasar obat resep sebesar 6,87 persen.
Di posisi kedua, hadir PT Dexa Medica dengan total penjualan senilai Rp 875,85 miliar, ekuivalen dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 6,6 persen. Menyusul kemudian PT Kalbe Farma Tbk. yang sukses mencetak nilai penjualan sebanyak Rp 831,97 miliar dengan pangsa pasar 6,27 persen. Setelah itu, PT Pfizer Indonesia dengan penjualan Rp 734,37 miliar.
Betul. Pencapaian di atas adalah himpunan dari semua produk obat resep yang dibesut masing-masing perusahaan. Bukan hanya obat resep anti obesitas. Meski begitu, toh patut untuk dicermati dengan seksama. Bersamaan dengan itu, peredaran obat anti diabetes lain pun tampak semakin marak di pasar seiring meningkatnya pemahaman konsumen terhadap dampak buruk obesitas. Alhasil, Roche Indonesia perlu bergerak agar Xenical terhindar dari penggerusan pasar.
Persoalannya kemudian adalah produk etikal terhambat larangan beriklan di media massa. Dalam hal ini, program reality show agaknya menjadi pilihan yang paling memungkinkan agar benefit Xenical dapat disiarkan secara meluas ke seluruh khalayak. Diasumsikan, melalui saluran televisi, jumlah konsumen yang bisa direngkuh akan jauh lebih banyak, apalagi bila dikombinasikan dengan penggunaan media sosial. Semua segmen masyarakat akan terpapar dengan maksimal. Ujung-ujungnya, Xenical menjadi pilihan utama obat anti diabetes.
Kembali pertanyaan itu muncul, bisakah Bye Bye Big, Get Slim Get Healthy mengulang kesuksesan Xenicare? Semoga waktu berpihak bagi Roche Indonesia agar performa obat etikal ini tetap berkibar di pentas bisnis obat resep di Indonesia. (BB/dbs/Christov)