(Berita-Bisnis) – Dua bulan menjelang tutup tahun lalu, maestro tata rambut Indonesia Rudy Hadisuwarno sudah merilis tren rambut tahun 2012 bertajuk En Amour. Tentu saja, tren yang diperkenalkan ke publik itu berpadu dengan make up dan pewarnaan dalam satu paket.
Tahun-tahun sebelumnya, Rudy juga aktif menghadirkan panduan yang diperkirakan bakal menjadi tren di tahun berikutnya. Maklumlah, namanya bukan sembarang di bisnis gaya hidup ini. Termasuk, di bisnis salon.
Kini, Rudy Hadisuwarno tercatat menaungi 158 gerai salon lewat berbagai nama, seperti Rudy Hair and Beauty, Brown Salon By Rudy Hadisuwarno, Maxx By Rudy Hadisuwarno, dan Rudy Hadisuwarno Academy serta Rudy Hadisuwarno School.
Dari data yang diungkapkan oleh Oliver Hadisuwarno, CEO PT Rudy Hadisuwarno -perusahaan yang berdiri pada tahun 1972- tak kurang dari 3 ribu salon yang tercatat dan teregistrasi di Indonesia, sampai saat ini. Semuanya, langsung maupun tidak, bersaing untuk merebut perhatian para pelanggannya.
Nah, apa yang dilakukan Rudy Hadisuwarno untuk salon-salonnya yang tercatat hadir di semua segmen alias multi segmen itu?
Kata Oliver, pricing strategy adalah salah satu jurus yang dikeluarkan untuk me-maintain para pelanggan sesuai dengan segmen masing-masing. Strategi ini mengacu kepada standar operasional prosedur yang dimiliki masing-masing salon. Hal sama berlaku juga untuk program promosi yang dilakukan di setiap gerainya.
Kendati begitu, untuk skala nasional, ada keseragaman yang berlaku untuk seluruh gerai. Ambil contoh, gaya perawatan dan pewarnaan rambut. Dalam hal ini, biaya jasa gaya perawatan dan pewarnaan rambut semaksimal mungkin sama dimana-mana.
Sedangkan, jika promosi salon diluncurkan dalam area cakupan lokal, maka karakteristik masing-masing salon menjadi pertimbangan utama. Pasalnya, setiap gerai salon memiliki permasalahan yang berbeda.
Misal, salon A yang sepi pengunjung sebaiknya menggunakan strategi tersendiri. Lalu, salon B yang ramai pengunjung namun rata-rata spending money pelanggannya tidak seberapa, dianjurkan untuk menerapkan strategi yang lain pula.
Sama halnya bila salon itu terbilang salon yang baru dibuka. Strategi yang diimplementasikan kemudian tentulah sangat berbeda dengan salon yang telah hadir jauh sebelumnya. Singkat cerita, karakteristik masing-masing salon menjadi acuan utama saat menerapkan berbagai macam strategi marketing.
Di sisi lain, produk kecantikan dan sejenisnya yang digunakan di Salon Rudy Hadisuwarno -termasuk gerai franchisor– juga memakai produk-produk yang dihasilkan oleh Rudy Hadisuwarno.
Seiring dengan merebaknya pemanfaatan media sosial, Rudy pun tak lupa menggunakannya via twitter dan facebook – di samping iklan TV, print media, serta advertorial.
Salah satu aktifitas yang rutin dilaksanakan adalah jalinan kerjasama dengan beberapa majalah lifestyle yang kerap mengadakan kontes kecantikan. Di event-event tersebut, selain berperan sebagai juri atau tim penilai, salon Rudy Hadisuwarno pun sering dipercaya menjadi penata rambut dan make up.
Belakangan, Rudy Hadisuwarno menawarkan layanan terpadu berupa penggabungan salon dengan klinik kecantikan dan gigi dalam satu tempat. Besar kemungkinan, aliansi semacam ini bakal digenjot di masa-masa mendatang karena tampaknya bisa mendatangkan pengunjung yang lebih banyak lagi.
Sampai kini, Rudy Hadisuwarno yang menyediakan jasa layanan kecantikan serta produk kecantikan diperkirakan meraup omset jasa layanan tak kurang dari Rp 60 miliar per tahunnya. Sedangkan, produk kecantikan yang dihasilkan dapat memberikan kontribusi sebesar 20 persen dari total omset pelayanan jasa salon. (BB/dbs/Christov)