(BeritaBisnis) – Masih ingatkah Anda dengan acara lelang Samsung beberapa waktu lalu? Kalau ya, syukurlah. Jika tidak, ini sepenggal kisah untuk sekedar menyegarkan ingatan.
Ketika itu, Mei 2011, Samsung Indonesia melelang Galaxy Tab 10.1 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Produk yang ditawarkan merupakan unit pertama Galaxy Tab 10.1 di muka bumi ini.
Unit Galaxy Tab 10.1 bahkan diklaim sebagai tablet mobile tertipis yang pernah diproduksi di dunia. Produk baru itu didesain menggunakan touchwiz user interface pada program Androidâ„¢ 3.0 (Honeycomb) yang menawarkan multi-tasking yang sangat canggih dan meningkatkan interaksi dan navigasi penggunanya.
Hasilnya, Galaxy Tab 10.1 terjual dengan harga Rp 81 juta. Penawar tertinggi pun menjadi pemilik pertama Samsung Galaxy Tab 10.1 di dunia. Belakangan, dana hasil lelang disumbangkan ke Yayasan Cinta Anak Bangsa, yayasan sosial non-profit independen yang peduli terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dan pemuda.
Lebih dari sekedar Rp 81 juta, Samsung sejatinya telah meraih sukses yang luar biasa dari kacamata buzz marketing. Produk anyar jawara elektronik asal negeri ginseng itu menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Tak terkecuali, nama Samsung sendiri.
Dulu, strategi buzz marketing alias gethuk tular bisa diciptakan melalui kampanye fenomenal sehingga berkesan di benak konsumen. Atau bisa juga dikreasi lewat distribusi yang meluas serta kualitas produk yang tinggi.
Kini, seiring perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat dan menyentuh hampir semua lapisan masyarakat, efek gethuk tular dapat diciptakan di sejumlah media sosial yang dikombinasikan dengan aktivitas off line.
Dan, bagi Samsung, buzz marketing bukanlah barang baru.
Eksekusi strategi itu biasanya dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, saat sebelum peluncuran produk.
Di jalur online, seperti Kaskus, Facebook, dan Twitter, Samsung memanfaatkan jasa para influencer dan opinion leader.
Mereka inilah yang bertugas meniupkan isu keunggulan produk-produk Samsung, seperti telepon selular (ponsel) atau pun tablet Galaxy yang terbaru. Efek itu kemudian semakin membumi dan berpengaruh manakala isu yang berkembang memperoleh respon dari para anggota forum maupun anggota media sosial lain.
Agar suasana semakin heboh, Samsung tak lupa menggenjot aktivitas tim promosinya di jalur off line. Pada saat awal peluncuran produk barunya, sering terlihat billboard Samsung nyaris mengisi sebagian besar titik-titik lokasi billboard strategis di seluruh penjuru kota.
Di media cetak dan media lain, sama saja. Samsung mengisi halaman iklan display dengan kata-kata memikat yang hati yang mengundang rasa keingintahuan pecinta gadget. Misal, diskon Rp 1 juta yang berlaku hanya satu hari.
Di sisi lain, aktifitas pemasaran yang tak kalah pentingnya adalah Samsung juga rajin mendekati developer konten lokal dan menyelenggarakan program Goes to Campus guna mengedukasi pasar tentang klan Galaxy yang terdiri dari ponsel dan tablet ini.
Cara itu kemudian terbukti efektif menjaring minat para pecinta gadget yang mayoritas dari kalangan early adopert berusia 18-30 tahun.
Yang kedua, begitu memasuki sesi peluncuran, Samsung kembali memancing emosi konsumen dengan memberi diskon besar selama beberapa waktu. Efek gethuk tular pun kembali tercipta.
Dan, uniknya profil konsumen Indonesia, mereka yang tergolong segmen yang bukan price sensitive juga terlihat suka berlomba untuk mendapatkan produk. Alhasil, keuntungan yang bisa diperoleh semakin bertambah saat segmen ini aktif menyuarakan produk yang mereka miliki, apalagi bila menjadi pemilik pertama dari gadget terbaru.
Samsung bukanlah yang pertama membesut ponsel Android. Sebelumnya, telah ada Nexus One. Namun, kenyataannya Samsung Galaxy-lah yang lebih kesohor berkat buzz marketing. Hampir sebagian besar penjualan keluarga Galaxy yang berjumlah sembilan itu (tujuh ponsel Android dan dua tablet) meroket berkat jurus gethuk tular.
Berdasarkan data GFK Group, perusahaan riset dunia yang bermarkas di Nuremberg, Jerman, market share Galaxy di kategori ponsel andorid di Indonesia disebut menempati posisi teratas dengan perolehan pangsa pasar sebanyak 80 persen.
Ke depan, menurut Eka Anwar, Head of Marketing Communications PT Samsung Electronics Indonesia, pihaknya bakal mengembangkan fitur buat korporat, seperti fitur yang mampu memantau pergerakan grafik investasi di pasar bursa. Selain itu, bekerjasama dengan Google, Samsung juga akan melansir 2 hingga 4 jagoan Android terbarunya dalam waktu dekat.