
(Berita-Bisnis) – Medio Maret dan April lalu, dinamika pentas bisnis susu di Indonesia tampak cukup atraktif. Paling tidak bila dilihat dari upaya masing-masing pemain untuk memperbesar porsi pangsa pasarnya masing-masing. Atau minimal untuk mengerek grafik penjualannya.
Ambil contoh bulan Maret silam. Kala itu, dengan menggandeng PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk., pengelola 5.500 gerai Alfamart, Sari Husada memperkenalkan konter Mini Baby Universe di tiga gerai Alfamart yang berlokasi di kawasan Bukit Duri Selatan (Jakarta Selatan), Cempaka Mas, dan Cileungsi Bogor.
Sesuai dengan namanya, Mini Baby Universe dirancang sebagai konter yang mengelompokkan seluruh kategori produk bayi menjadi satu kesatuan. Dengan demikian, Mini Baby Universe ditargetkan bakal bisa menjadi fokus perhatian dari pengunjung gerai Alfamart. Selain popok, perlengkapan, dan toiletries, sudah pasti produk susu hadir di konter itu.
Sebulan kemudian, PT Fonterra Brands Indonesia yang punya gawe. Perusahaan yang berinduk ke Selandia Baru ini mengumumkan rencana bakal mendirikan pabrik pengolahan dan pengemasan produk susu di Indonesia.
Pabrik baru itu diproyeksikan sudah bisa beroperasi dalam tempo 18 bulan ke depan, terhitung sejak bulan April lalu.
Dalam pemikiran Fonterra Brands Indonesia, permintaan produk susu dalam 8 tahun ke depan diperkirakan akan meningkat sebanyak 50 persen. Hal inilah yang kemudian menguatkan tekad Fonterra Brands Indonesia untuk mendirikan pabrik tadi.
Sekedar informasi, sampai saat ini, Fonterra Brands Indonesia menjual susu dengan merek Anmum, Anlene (expert in bone nutrition), dan Anchor (proven nutrition). Fonterra Brands Indonesia juga mengklaim kalau Anlene adalah susu berkalsium tinggi yang terdepan di Indonesia, hingga kini.
Masih di bulan yang sama, PT Frisian Flag Indonesia menghadirkan inovasi baru untuk susu bubuk FF 123 & 456. Di dalam produk susu pertumbuhan bagi anak berusia 1-6 tahun itu, Frisian Flag Indonesia menambah isomaltulosa yang merupakan nutrisi untuk membantu kinerja kognitif anak.
Kata Davy Djohan, Marketing Manager Frisian Flag Indonesia, waktu itu, dengan penambahan nutrisi baru tersebut, pihaknya optimis penjualan susu bubuk FF 123 & 456 akan merangkak naik sepanjang tahun ini, setidaknya sebesar 20 persen untuk keduanya.
Apa yang dilakukan oleh Sari Husada, Fonterra Brands Indonesia, dan Frisian Flag Indonesia memang sudah sepantasnya mengingat betapa besarnya uang yang berputar di bisnis ini, apalagi kalau bicara tentang susu bubuk.
Merujuk ke data yang pernah dilansir oleh Nielsen, pada tahun 2010 disebutkan nilai pasar susu bubuk Indonesia telah mencapai Rp 9,75 triliun atau tumbuh sebesar 6,1 persen ketimbang tahun sebelumnya.
Sedangkan per kuartal pertama tahun 2011 -masih menurut Nielsen- nilainya sudah menyentuh angka Rp 3,3 triliun dan diperkirakan sepanjang tahun lalu telah mencapai kurang lebih Rp 13 triliun dengan asumsi kenaikan sebesar 30 persen.
Tahun ini, kondisinya diprediksi tidak jauh berbeda. Pentas bisnis susu bubuk di Indonesia bakal semakin membesar seiring membaiknya daya beli konsumen plus meningkatnya kebutuhan dari semua segmen masyarakat.
Pertanyaannya, siapa yang menjadi “jagoan” di bisnis ini?
Dari berbagai data yang dikumpulkan oleh Berita-Bisnis, barisan produsen susu bubuk asing -seperti Danone Group, PT Nestle Indonesia, Frisian Flag Indonesia- tercatat menguasai sekitar 87 persen bisnis susu bubuk di Indonesia hingga akhir tahun lalu. Sedangkan 13 persen pangsa pasar sisanya merupakan “milik” produsen lokal.
Melalui anak usahanya PT Nutricia Indonesia Sejahtera dan PT Sari Husada, Danone Group disebutkan berada di posisi pertama. Danone Group menguasai 32 persen pasar susu bubuk. Angka tersebut bersumber dari Nutricia Indonesia Sejahtera yang menyumbang sebesar 12 persen dan Sari Husada yang menggenggam pangsa pasar sebesar 20 persen.
Di posisi kedua, ada Nestle Indonesia dengan pangsa pasar sebanyak 31 persen. Urutan berikutnya diisi oleh PT Kalbe Nutritionals, anak usaha PT Kalbe Farma Tbk. Kalbe Nutritionals diklaim menguasai 9 persen market share.
Setelah itu, barulah Frisian Flag Indonesia (8 persen), Fontera Brand Indonesia (6 persen), dan PT Wyeth Indonesia (4 persen). Adapun PT Abbott Indonesia dan PT Mead Johnson Indonesia masing-masing tercatat menggenggam 3 persen pangsa pasar susu bubuk di Indonesia. Di antara nama-nama di atas, tersebutlah PT Nutrifood Indonesia yang menguasai sekitar 3 persen pangsa pasar.
Tahun depan, ranah bisnis susu bubuk Indonesia bisa jadi akan semakin semarak dengan beroperasinya pabrik baru yang dimiliki Nestle Indonesia yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat.
Pabrik baru senilai US$ 200 juta itu memang tidak hanya memproduksi susu bubuk Dancow saja. Pabrik itu juga menjadi pusat produksi bubur bayi Cerelac dan minuman cokelat Milo yang dirilis oleh Nestle Indonesia selama ini.
Cuma, siapa yang bisa menerka dengan pasti, apa yang akan terjadi kemudian di pentas bisnis susu bubuk jika pabrik keempat Nestle Indonesia dengan kapasitas produksi 65 ribu ton per tahun itu mulai beroperasi dan tim marketing Nestle Indonesia beraksi merangsek pasar? Hanya waktulah yang bisa menjawabnya nanti.
Yang jelas, sampai saat ini, Danone Group masih merajai pentas bisnis susu bubuk di Indonesia. (BB/Christov)