(Berita-Bisnis) – Usai sudah perhelatan Piala Eropa 2012. Hingga empat tahun ke depan, Spanyol masih berkuasa di benua Eropa. Di sisi lain, sampah bungkus dan kulit kacang camilan pun besar kemungkinan sedang dalam perjalanan menuju tempat pembuangan terakhirnya. Atau, jangan-jangan, sudah teronggok rapi di tempatnya.
Keduanya, bungkus dan kulit kacang itu, sudah menyelesaikan tugasnya dengan tuntas menemani para pecinta sepakbola menyaksikan tayangan siaran langsung Piala Eropa 2012 selama kurang lebih sebulan, baik sendiri maupun saat nonton bareng (nobar).
Memang, ada semacam “kebiasaan” yang tampaknya diamini oleh sebagian besar masyarakat yang gemar menyaksikan siaran live sepakbola, apalagi bila tayangan itu disiarkan tengah malam hingga dini hari. Paket minuman hangat berikut camilan kacangnya wajib hadir, seolah-olah tak tergantikan lagi. Tanpa itu, suasananya kurang asyik.
Jika begitu adanya, pastilah senyum para produsen kacang kemasan mengembang. Bagaimana tidak. Seiring penyelenggaraan turnamen akbar sepakbola benua Eropa itu, armada distribusi juga bertambah sibuk guna mengisi kekosongan di hampir semua gerai penjualan. Ujung-ujungnya, grafik penjualan pun diperkirakan turut meningkat. Benarkah demikian?
Sayang, sampai saat ini, belum ada penjelasan resmi dari para produsen kacang kemasan untuk menanggapi situasi tersebut. Meski demikian, sulit untuk menepis anggapan kalau event semacam Piala Eropa 2012 punya dampak yang sangat positif terhadap perputaran roda bisnis para produsen kacang kemasan.
Kurang lebih sepuluh tahun silam, menjelang penyelenggaraan Piala Dunia 2002 di Korea–Jepang, PT Garuda Food mulai merilis komunikasi tentang mengonsumsi kacang sambil menonton sepakbola. Empat tahun berselang, saat Piala Dunia 2006 dilangsungkan di Jerman, Garuda Food bahkan secara intensif menyiarkan tagline ‘Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda’ di televisi maupun di berbagai acara nobar. Dan, selama Piala Eropa 2012 kemarin, iklan komersial ‘Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda’ tampak masih rajin menyapa para pemirsa televisi.
Tapi, lagi-lagi sungguh sangat disayangkan, tak ada data akurat perihal efek komunikasi itu terhadap penjualan kacang Garuda yang diproduksi oleh Garuda Food. Yang jelas, dalam satu kesempatan ke media, Hardianto Atmadja, Vice President Commercial Garuda Food Group, mengakui bahwa pihaknya -secara tidak langsung- sudah menciptakan new usage terkait cara mengonsumsi kacang.
PT Dua Kelinci yang membesut kacang Dua Kelinci punya cara berbeda. Produsen kacang yang bermarkas di Pati itu malah menjadi sponsor resmi klub sepakbola Real Madrid. Persisnya, pada medio Agustus 2010, Dua Kelinci meneken kerja sama sponsorship selama dua tahun dengan raksasa La Liga itu.
Dan, sebagai bagian dari kerjasama di atas, maka pada tanggal 10 Juni lalu, Dua Kelinci menggelar Indonesia Mengoper Bola 2012 di Semarang. Oleh Hadi Sutiono, Presiden Direktur Dua Kelinci, acara yang diikuti kurang lebih 12 ribu orang tersebut diklaim sebagai wujud komitmen pihaknya untuk meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap sepakbola di Indonesia.
Asal tahu saja, tahun lalu pun, Dua Kelinci tercatat sukses melangsungkan program sejenis dan pada tahun ini kembali dilaksanakan di beberapa kota besar di Indonesia.
Kembali ke Indonesia Mengoper Bola 2012. Apa pun alasannya, sulit untuk tidak mengatakan bahwa Dua Kelinci memanfaatkan event tadi buat kepentingan bisnis kacangnya. Karena itulah, bak kata pepatah seribu satu jalan ke Roma, maka demikianlah adanya jurus yang dikeluarkan oleh Garuda Food maupun Dua Kelinci di pentas bisnis kacang kemasan. Semuanya bermuara ke arah penggelembungan angka penjualan.
Perlu diketahui, kacang kemasan berada dalam naungan industri snack alias makanan ringan. Nah, pada tahun 2004 silam, nilai bisnis snack nasional tercatat telah mencapai Rp 1,9 triliun. Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan nilai bisnis setahun sebelumnya (Rp 1,7 triliun). Adapun pertumbuhan per tahunnya ditaksir rata-rata sebesar 13-14 persen, ketika itu.
Tahun 2011, Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) melansir data bahwa total omset industri makanan dan minuman di Indonesia pada tahun lalu sudah menyentuh angka Rp 600 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 17 triliun merupakan kontribusi makanan ringan dengan tingkat pertumbuhan 10 hingga 15 persen per tahunnya. Khusus untuk kacang kemasan, andilnya diperkirakan mencapai kurang lebih Rp 1,5 triliun. Itu berarti, nilai penjualan kacang kemasan lebih dari Rp 100 miliar per bulan.
Bagaimana dengan tahun ini? Kendati merambat, garis grafiknya pastilah mengarah ke kanan atas atau meningkat. Pasalnya, cukup banyak tayangan live event olahraga yang dilangsungkan tengah malam hingga dini hari yang menyedot perhatian khalayak yang nota bene merupakan potential customer bagi produsen kacang kemasan. Di luar itu, jutaan acara ngumpul kerap digelar yang menyertakan kacang kemasan. Alhasil, market size kacang kemasan dipastikan bakal tetap membesar.
Namun, tidak seperti arena bisnis lain, pentas bisnis kacang kemasan kelihatannya hanya didominasi oleh dua merek saja, yaitu Garuda dan Dua Kelinci. Dari berbagai informasi yang dikumpulkan oleh Berita-Bisnis, kacang Garuda disebut menguasai 87 persen pangsa pasar. Dengan rentang yang terbilang jauh, barulah Dua kelinci menyusul dengan raihan lebih dari 10 persen.
Sudhamek AWS, Presiden Direktur PT Garudafood Putra Putri Jaya sekaligus CEO Garudafood Group pernah mengungkapkan bahwa pada tahun 2015, pihaknya berambisi mencetak penjualan sebanyak Rp 20 triliun.
Proyeksi fulus yang bakal diraup itu memang tidak hanya bersumber dari kacang Garuda saja. Soalnya, lini bisnis Garudafood Group di industri makanan dan minuman begitu lebar. Meski demikian, kuat dugaan, kacang Garuda akan tetap menjadi andalan utamanya. Artinya, cengkeraman kacang Garuda -besar kemungkinan- bakal berlangsung lebih lama lagi di bisnis kacang kemasan. (BB/dbs/Christov)