Pasalnya, pabrik seluas 6 hektar milik PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia yang terletak di Cikande, Serang, Banten, diproyeksikan bakal beroperasi pada medio November mendatang.
Dan, pabrik senilai kurang lebih Rp 540 miliar itu, diketahui mampu memproduksi papan gipsum sebanyak 33 juta meter persegi per tahun.
Kata Edward Loy, Managing Director Saint-Gobain Construction Products Indonesia, dengan dukungan pabrik tersebut, pihaknya optimistis untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar lagi di arena bisnis papan gipsum di Indonesia.
Perlu diketahui, untuk memperkuat penetrasinya di Indonesia selama ini, Saint-Gobain Construction Products Indonesia tercatat mengimpor Gyproc -merek papan gipsumnya- dari Thailand. Artinya, harga Gyproc bisa dibilang kurang kompetitif jika dibandingkan dengan produk serupa yang ditawarkan oleh pebisnis lain.
Saint-Gobain Construction Products Indonesia menegaskan, Gyproc yang diproduksi di pabrik Cikande, telah menggunakan teknologi manufaktur yang hemat energi serta ramah lingkungan.
Di sisi lain, bahan baku yang digunakan pun memanfaatkan seratus persen kertas daur ulang, air daur ulang plus menghindari emisi yang berbahaya dalam proses produksinya. Lebih dari itu, Gyproc disebut telah memperoleh sertifikat Green Label dan Green Building Products.
Saint-Gobain Construction Products Indonesia juga menginformasikan, sekitar 45 persen hasil produksi Gyproc akan ditawarkan ke sektor perumahan. Adapun sisanya dijajakan ke pertokoan, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan bandara.
Saint-Gobain Construction Products Indonesia merupakan anak usaha dari Saint-Gobain Group yang bermarkas di Perancis, yang sepanjang tahun lalu sukses meraup pendapatan sebesar 42 miliar Euro.
Dari jumlah pendapatan tersebut, sebanyak 19 persen bersumber dari wilayah pemasaran Asia dan negara berkembang lainnya. Sedangkan kawasan Eropa Barat menjadi area komersil utama dengan andil sebesar 40 persen.
Berita-Bisnis mencatat, di masa mendatang, Gyproc akan bersaing ketat dengan beberapa papan gipsum lainnya, seperti Petrojaya Boral Plasterboard, Elephant, Knauf maupun Aplus.
Dan, khusus untuk Petrojaya Boral Plasterboard yang dilansir oleh PT Petrojaya Boral Plasterboard (unit usaha yang dimiliki oleh Boral Group yang berasal dari Australia), diketahui sudah memperluas kapasitas produksi pabriknya yang terletak di Cilegon, Banten, menjadi 65 juta meter persegi per tahun, pada medio Agustus tahun lalu.
Bersamaan dengan itu, papan gipsum kreasi Petrojaya Boral Plasterboard juga diduga kuat telah menguasai kurang lebih 47 persen bisnis papan gipsum di Indonesia, sampai saat ini. (BB/as/Christov)