(BeritaBisnis) – Apakah Anda -yang tidak bersentuhan secara langsung dengan bisnis hotel- pernah mendengar nama Dafam Hotel Management? Kalau sudah tahu, baguslah. Jika belum, mari simak perjalanannya.
Dafam Hotel Management adalah perusahaan jasa layanan pengelolaan hotel alias operator hotel (hotel management) yang bermarkas di Semarang. Belum lama ini, Dafam berhasil meraih penghargaan sebagai Indonesia Leading Local Hotel Chain 2011/2012. Apresiasi itu diberikan oleh Indonesia Travel Tourism Award Foundation dan Kementerian Pariwisata Indonesia.
Dan, di usianya yang baru 2 tahun, Dafam sudah mengelola 6 hotel, yakni Dafam Semarang, Marlin Pekalongan, Dafam Pekalongan, Dafam Cilacap, Vio Cimanuk Bandung, dan Vio Pasteur Bandung.
Kemungkinan besar jumlah itu bakal berubah nanti karena dalam waktu dekat Dafam Istana Luwuk di Sulawesi akan dibuka. Plus di tahun 2013, paling tidak ada beberapa hotel yang akan dioperasikan, yakni Grand Dafam Yogyakarta, Dafam Surabaya, Royal Dafam Bali, Dafam Singkawang, dan Dafam Makasar. Tak terkecuali di Solo.
Hebatnya lagi, dua tahun setelah itu atau pada tahun 2015, Dafam berencana mengoperasikan 20 hotel yang tersebar di seluruh Indonesia.
Jejak bisnis Dafam tertoreh di hotel bintang dua hingga hotel bintang lima. Namun, menurut Andhy Irawan, Managing Director Dafam Hotel Management, pihaknya secara sengaja memilih lebih berkonsentrasi di kelas hotel bintang tiga dan berlokasi di secondary city.
Selain lebih mudah menggarap potensi pasarnya, pertumbuhan bisnis hotel bintang tiga juga dianggap lebih menjanjikan, pun bila bicara tentang tarifnya yang dinilai lebih akomodatif terhadap segmen masyarakat yang digarap.
Memang, Dafam juga membangun dan memiliki hotel sendiri. Meski demikian, Dafam kelihatannya agresif untuk menggelembungkan pos pendapatannya dari jasa layanan pengelolaan hotel. Dalam hal ini, Dafam menawarkan kemitraan dengan skema built-operate-transfer kepada para investor.
Hal serupa juga dilakoni Kagum Karya Husada Hotel Management Group – populer dengan sebutan Kagum Hotels Group. Pebisnis hotel management yang berbasis di Bandung ini bahkan memiliki Kagum School yang memberikan pelatihan selama setahun kepada sumber daya manusianya agar bisa siap pakai di industri hospitality.
Beberapa bulan lalu, Kagum Hotels Group baru saja mengoperasikan Verona Place Hotel yang berlokasi di Jl. Surya Sumantri, Bandung. Tak lama berselang, Kagum Hotels Group membuka The Centrum di Jl. Belitung, Bandung, yang merupakan ruang pertemuan dengan konsep Dine, Wedding dan Event dengan kapasitas 1000 orang.
Menurut Evaldo Desfarillo, Corporate Public Relations Manager Kagum Hotels Group, sampai saat ini, pihaknya telah mengelola beberapa properti, seperti Grand Serela Boutique Hotel, Grand Seriti Hotel, Banana Inn Hotel & Spa, Golden Flower Hotel, Carrcadin Business & Entertainment Hotel, Malaka Hotel, dan The Amaroossa Boutique Hotel. Semua properti itu berlokasi di Bandung.
Di Surabaya, Kagum Hotels Group mengelola Prime Royal Hotel. Sedangkan di Bali, mengoperasikan Grand Serela Kuta dan Gino Feruci Villa Lovina. Kagum Hotels Group juga merambah wilayah Klaten lewat pengelolaan Grand Tjokro Hotel. Total ada 12 properti yang berada dalam naungan pengelolaan Kagum Hotels Group sampai sekarang.
Dafam dan Kagum hanyalah dua nama yang belakangan ini serius mencoba peruntungannya di bisnis hotel, khususnya pengembangan jasa layanan pengelolaan/operator hotel maupun properti lain semacam gedung pertemuan, villa, resort, dan lain sebagainya.
Sebelumnya, sudah ada Sahid, Santika, Bidakara, Horison, Singgasana, Aryaduta, Jayakarta, dan Sofyan. Bersama Dafam dan Kagum, mereka acap dikategorikan sebagai operator asli Indonesia.
Yang terbilang baru masuk dalam jajaran itu adalah PT Inti Whiz International, anak usaha PT Intiland Development Tbk. yang belakangan sangat agresif membangun sekaligus mengelola jaringan hotel Whiz Hotel ke sejumlah kota utama di Indonesia.
Menurut satu pendapat, sekarang ini memang sedang terjadi booming bisnis hotel. Hal mana tercermin dari agresifitas pembangunan hotel itu sendiri di berbagai lokasi di seluruh Nusantara, serta merebaknya nama-nama operator hotel, baik yang berbasis di luar negeri maupun made in Indonesia.
Mereka yang datang dari manca negara contohnya adalah Accor Hotels. Manajemen hotel yang bermarkas di Perancis ini, tercatat telah mengelola 40 hotel yang tersebar di 17 kota di seluruh Indonesia.
Lalu, Centara International Management dari Thailand yang mengoperasikan Wuku Resort Bali. Dalam tempo lima tahun lagi, Centara malah berencana mengoperasikan sekitar 20 hotel dan resort di Indonesia.
Ada juga Milestone Pacific Hotel Group yang mengembangkan jaringan Hotel Max One. Di samping mengelola Max One di Legian Bali, Milestone Pacific Hotel Group pun sudah mengoperasikan hotel bintang dua plus berlabel Max One di Jl. Sabang, Jakarta, sejak Mei 2011.
Atau Tauzia Hotel Management yang setelah berkiprah selama 11 tahun di Indonesia, berhasil mengembangkan 6 brand, yaitu Preference Hotel dan World Hotel (keduanya merupakan brand deluxe properties), Harris Hotel (mid-scale), Pop! Hotel (budget hotel), Managed by Tauzia (mengelola Eden Kuta dan Solo Paragon), serta Estate Management yang fokus kepada pengoperasian kondominium. Hingga akhir tahun lalu, melalui ke-enam brand yang dimilikinya, Tauzia Hotel Management tercatat mengelola 624 kamar hotel.
Nama-nama di atas tadi menyusul langkah jaringan manajemen hotel asing seperti Hyatt, Mandarin, Hilton, Intercontinental, Accor, Aston, Swissbelhotel, Bestwestern, dan Core International yang telah lebih dulu hadir di Indonesia.
Jika membandingkan rentang usia, jelas benar Dafam belumlah pantas untuk disandingkan dengan jaringan manajemen hotel dari manca negara. Namun, bila menyimak akselerasi bisnisnya, Dafam sangat patut memperoleh apresiasi. Buktinya, ya itu tadi, mampu mengelola 6 hotel dalam kurun waktu 2 tahun. Setali tiga uang dengan Kagum Hotels Group yang mengoperasikan 12 properti dalam tempo cepat.
Inti Whiz International tentu saja tak boleh dilupakan. Anak usaha Intiland Development ini, sedari awal memberikan perhatian besar ke segmen budget hotel sekaligus telah mencanangkan tekadnya untuk membangun serta mengelola jaringan Whiz Hotel di berbagai kota, seperti di Yogyakarta, Semarang, Bali, Pekanbaru, Makassar, Bandung, dan Samarinda. Rencananya, hingga lima tahun mendatang, akan ada 60 hotel yang dibangun serta dikelola oleh Inti Whiz International.
Bagaimana dengan PT Grahawita Santika?
Langkah bisnis pemilik dan pengelola jaringan Santika Indonesia Hotels & Resorts ini tampaknya akan mendahului pebisnis sejenis. Maklum, hingga medio Januari 2012, tak kurang dari 42 hotel sudah berada dalam naungan manajemen pengelolaan anak usaha Kompas Gramedia Group itu. Masih di tahun ini juga, Grahawita Santika akan menggenapkan jumlah propertinya menjadi 60 hotel.
Dalam mengelola Santika Indonesia Hotels & Resorts, Grahawita Santika menghadirkan brand The Anvaya (bintang lima), Hotel Santika Premiere (bintang empat), Hotel Santika (bintang tiga), Amaris Hotel by Hotel Santika (bintang dua), dan The Royal Collection yang terdiri dari dua bagian, yakni The Samaya (luxurious boutique villas) serta The Kayana (boutique villas).
Nama lain yang juga perlu diingat adalah jaringan Sahid Hotel. Sembari membangun, Sahid International Hotel Management & Consultant Corporation pun mengelola beragam properti yang tersebar di berbagai lokasi dengan brand Sahid, Grand Sahid serta Griyadi.
Misal, hotel yang menggunakan brand Sahid adalah Imara Palembang, Bandar Lampung, Lippo Cikarang, Yogyakarta, Solo (2), Surabaya, Malang, Makassar, Toraja, dan Manado (2). Sedangkan brand Grand Sahid disematkan untuk hotel yang berlokasi di Jakarta.
Adapun brand Griyadi dipakai untuk mengelola Griyadi Blue Pacific (Jakarta), Griyadi Kusuma (Solo), dan Griyadi Montana Malang. Di Lombok, Sahid International Hotel Management & Consultant Corporation mengoperasikan Sahid Senggigi Beach Villas.
Lippo Group sendiri seolah tak mau ketinggalan dengan brand Aryaduta. Menurut Jessy Quantero, CEO Grup Hotel Aryaduta, pihaknya saat ini adalah brand Indonesia dengan jaringan terluas hotel bintang lima di Indonesia karena memiliki 3 ribu kamar.
Di samping itu, Aryaduta juga mengelola beberapa tempat leisure, semacam Imperial Klub Golf Lippo Village, Aryaduta Country Club, Puncak Resort, Waterboom Cikarang, Grand Bowling WTC Serpong, Grand Chapel Universitas Pelita Harapan Lippo Village, Permata Sport Center, dan Benton Junction Lippo Village.
Oleh semua pihak, bisnis hotel diakui memang memiliki prospek yang baik saat ini, apalagi di masa yang akan datang. Selain karena jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia semakin meningkat, kondisi itu juga diramaikan dengan membesarnya pangsa pasar domestik. Tampaknya ada korelasi positif antara peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia dengan tingginya kebutuhan terhadap keberadaan hotel maupun resort dan vila.
Karena itulah, wajar bila kemudian bisnis hotel dikerubungi banyak pebisnis, khususnya mereka yang menawarkan jasa manajemen pengelolaan hotel. Selain nama yang sudah disebutkan tadi, ada juga PT Metro Golden Management (berada dalam jaringan Hotel Horison Group) yang berkecimpung sebagai operator hotel.
Jejak serupa juga digeluti Panorama Hospitality Management yang merupakan unit bisnis dari PT Panorama Sentrawisata Tbk. Atau jaringan Prasanthi Hotels dan PT Bakrie Nirwana Semesta -anak usaha Bakrieland Development- yang sedang mempersiapkan pengoperasian budget hotel Singgasana dan Lesong milik pemerintah setempat di Tenggarong, Kutai Kertanegara. (BB/Christov)