(BeritaBisnis) - PT LG Electronics Indonesia tampil menjadi pemuncak pasar untuk produk commercial display sepanjang tahun 2011. Data ini dirilis...
(Berita-Bisnis) – Semilir angin pantai langsung terasa sejuk di kulit saat menginjakkan kaki di tempat ini. Kendati masih berbalut suasana proyek, toh hal itu tak mengurungkan niat para pengunjung untuk datang. Mereka pun kebanyakan mengenakan busana santai layaknya mau melancong ke pantai. Padahal hari itu adalah hari Senin.
Memang, para pengunjung bukan ingin melihat progres pembangunan proyek. Justru, maksud kedatangan mereka adalah hendak mencicipi menu Bandar Djakarta yang memang sudah beroperasi sejak beberapa bulan silam di kawasan superblok Green Bay Pluit.
Cuma uniknya, jarak resto seafood berlabel Seafood City Bandar Djakarta ini ke lokasi proyek pembangunan mal The Baywalk bisa dibilang tidak seberapa jauh.
Kelompok usaha Agung Podomoro adalah developer yang mengembangkan superblok Green Bay Pluit seluas 12 hektar. Dan, dalam rencana bisnisnya, Agung Podomoro pun berniat membangun proyek retail berkonsep waterfront bernama The Baywalk di kawasan mega proyek itu.
Proyek retail senilai Rp 1 triliun itu digadang-gadang bakal menjadi satu-satunya mal yang berlokasi di pinggir pantai dan direncanakan setinggi 6 lantai. Namun, tidak semua bangunan dipakai sebagai ruang pusat perbelanjaan. Di atasnya, The Baywalk didesain berpadu dengan apartemen yang memiliki panorama laut secara langsung.
Kata Ellen Hidayat, CEO PT Satria Kencana, pengelola The Baywalk -anak usaha Agung Podomoro Group- pihaknya memang sengaja mengijinkan Seafood City Bandar Djakarta beroperasi lebih dulu di lokasi itu. Sebab, tenant yang sudah punya nama itu diperkirakan bisa menjadi magnet yang mampu membentuk “pasar” yang menjadi sasaran penjualan The Baywalk.
Bersamaan dengan itu, tanpa upaya promosi intensif yang memang belum dilakukan, ada juga keuntungan lain yang bisa dipetik. Pengunjung Seafood City Bandar Djakarta yang berkesempatan melihat dari dekat progres pembangunan proyek, besar kemungkinan bisa menjadi subyek potensial word of mouth untuk memupuk awareness mal The Baywalk sebelum dibuka secara resmi Oktober 2013 nanti.
Strategi itu -masih menurut Ellen Hidayat- terbukti berhasil sampai saat ini. Sejak dipasarkan enam bulan lalu, lebih dari separuh tenant yang menjadi target, sudah berhasil digandeng. Bahkan, Satria Kencana belakangan cukup repot meladeni serbuan permintaan dari calon tenant lain yang ingin segera bergabung ke The Baywalk.
Meski demikian, Satria Kencana tidak gampang tergoda. Pengelola The Baywalk itu tetap ketat saat menyeleksi calon penyewa. Apalagi Satria Kencana tidak ingin konsep mal yang sudah dirancang berubah gara-gara kombinasi tenant yang kurang pas.
Pusat ritel The Baywalk yang mengusung konsep leisure, living and dining ini, akan menghadirkan gaya desain ruang terbuka serta waterfront plaza. Di samping itu, juga bakal menyediakan terasering dan balkon sebagai tempat nongkrong pengunjung yang ingin bersantai sembari menikmati panorama laut.
Walau tak sama persis, apa yang dilakukan oleh Satria Kencana di Green Bay Pluit, sebelumnya juga diterapkan oleh Lippo di kawasan Jakarta Selatan, ketika mulai menawarkan superblok Kemang Village. Di saat awal pemasaran superblok itu, Lippo mendesain marketing gallery-nya lengkap dengan kehadiran gerai Starbucks.
Bukan apa-apa. Lokasi bangunan marketing gallery Kemang Village itu persis berada di bibir jalan raya Pangeran Antasari, Kemang, yang setiap harinya penuh dengan pelintas dari kalangan pebisnis dan profesional. Jelas, mereka-mereka ini adalah “pasar” yang sangat mengggiurkan bagi Kemang Village.
Alhasil, gerai Starbucks dan outlet Times Bookstore pun dipasang sebagai daya tarik untuk mendatangkan pengunjung yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendorong penjualan unit apartemen yang dibangun di tempat itu. Jurus ini terbukti memberikan andil yang tidak sedikit bagi kesuksesan Kemang Village.
Di Pluit, Satria Kencana kembali berhasil menerapkan jurus serupa yang melambungkan nama The Baywalk. (BB/Luki)
