Maklum, kendala dan tantangan tak sedikit yang menghadang di depan mata. Apalagi, guna menyandang status tersebut, beragam tahapan sulit harus bisa dilalui terlebih dahulu.
Meski demikian, Rajawali Nusantara Indonesia sepertinya tidak ingin berpangku tangan saja. Buktinya, perusahaan yang berkecimpung di lini bisnis agro industri, farmasi & alat kesehatan, serta perdagangan, itu baru saja meresmikan proyek pengembangan pabrik pengolahan teh hijau yang berada dalam naungan Mitra Kerinci.
Kata B. Didik Prasetyo, Direktur Utama Rajawali Nusantara Indonesia, lewat pengembangan tersebut, kapasitas pengolahan pabrik yang saat ini berada di kisaran 60 ton pucuk basah per hari, diproyeksikan mampu meningkat menjadi 80 ton pucuk basah per harinya.
Dijelaskan pula, rencana pengembangan tadi, erat kaitannya dengan upaya antisipasi tingginya permintaan terhadap produk teh hijau merek LikiTea yang dihasilkan oleh Mitra Kerinci, baik yang berasal dari pasar domestik maupun pasar ekspor.
Rajawali Nusantara Indonesia menginformasikan, sepanjang tahun lalu, Mitra Kerinci berhasil memperoleh 18,874 ton pucuk basah dengan tingkat produktivitas sebesar 3,69 ton per hektar.
Alhasil, dengan kondisi tersebut, Mitra Kerinci pun saat ini menjadi perkebunan dengan tingkat produktivitas tertinggi sekaligus menorehkan pretasi berupa pengolahan teh tertinggi selama perusahaan beroperasi.
Dalam catatan Berita-Bisnis, Mitra Kerinci yang bermarkas di Padang, Sumatera Barat, berdiri pada medio Juli 1990.
Dan, ketika itu, masih menggunakan nama PT Perkebunan Mitra Kerinci, lantaran terbentuk dari hasil kemitraan yang dijalin oleh PTP VIII (sekarang PT Perkebunan Nusantara IV) serta Rajawali Nusantara Indonesia.
Belakangan, persisnya pada 1992, bersalin rupa menjadi Mitra Kerinci. Lantas, sejak 1 Desember 1998, seluruh saham Mitra Kerinci berada dalam genggaman Rajawali Nusantara Indonesia.
Per Januari 2014, Mitra Kerinci mengelola perkebunan teh seluas 2,025 hektar yang terletak di kawasan Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat. Namun, dari total lahan tersebut, Mitra Kerinci hanya memanfaatkan sekitar 1,481 hektar untuk penanaman teh, dengan fokus utama teh hijau.
Di saat yang sama, pabrik pengolahan teh Mitra Kerinci juga sudah didukung dengan kehadiran 32 mesin pengering teh hijau atau bertambah sebanyak 14 unit dibanding tahun sebelumnya.
Dengan kata lain, pada saat itu, pabrik Mitra Kerinci -yang menelurkan produk teh seduh dan teh celup merek Kerinci Tea, Teh Minang, dan LikiTea- sudah dikenal luas sebagai pabrik pengolahan teh hijau terbesar di Asia Tenggara.
Perlu diketahui juga, pada Maret tahun lalu, Mitra Kerinci menjalin kesepakatan dengan PT Angkasa Pura Retail untuk mengembangkan produk teh premium asli Indonesia, dengan memanfaatkan teh dari perkebunan Mitra Kerinci. (BB/as/Christov)