(Berita-Bisnis) – Seiring dengan tuntutan bisnis, maka pada pertengahan Maret lalu, PT Express Transindo Utama yang mengoperasikan armada taksi Ekspress melengkapi 6 ribu lebih armada taksinya dengan fasilitas global positioning system (GPS) dan dispatch digital system.
Jelas, Ekspress Transindo Utama hanya salah satu dari beberapa operator taksi yang melengkapi armadanya dengan fasilitas itu. Bahkan, bukan hal aneh lagi jika mobil pribadi pun memakainya. Fasilitas GPS memang memberikan manfaat yang banyak.
Perihal provider-nya pun tak kurang ratusan jumlahnya. Mereka menawarkan beragam merek. Mulai dari Papago asal Malaysia, Navitel kreasi Rusia, Polnav buatan Polandia, Sygic dan N-Drive yang datang dari daratan Eropa, K-Nav yang dirilis oleh PT Kramat Motor atau Garmin yang dipasarkan oleh PT Dunia Marine Internusa.
Yang disebut terakhir ini, malah sudah dua kali memperoleh penghargaan Top Brand untuk kategori GPS. Yang pertama di tahun 2011, menyusul kemudian untuk kedua kalinya pada tahun ini.
Kendati bukan harga mati, Top Brand -langsung maupun tidak langsung- sesungguhnya bisa menampilkan ukuran kesuksesan sebuah merek sebab Top Brand dihasilkan melalui tiga pengukuran dimensi, yakni mind share (top of mind), market share (last usage), dan commitment share (future intention).
Lalu, bagaimana dengan GPS Garmin? Dari berbagai sumber yang dikompilasi oleh berita-bisnis.com, sekitar 7 ribu unit GPS Garmin berhasil terjual pada tahun lalu. Bagaimana dengan tahun 2012? Sayang, data yang terungkap tidak banyak. Yang jelas, Dunia Marine Internusa tetap berniat menggenjot penjualan GPS Garmin-nya lebih banyak lagi.
Mari sejenak melongok profil Dunia Marine Internusa. Perusahaan ini sudah beroperasi sejak tahun 1961. Sedari awal, Dunia Marine Internusa berkutat di bisnis penyediaan peralatan marine dan boat equipment. Termasuk dalam hal ini adalah alat navigasi untuk kapal laut.
Belakangan, rentang item produk yang ditawarkan pun beragam. Namun, GPS untuk otomotif yang dihadirkan pada tahun 2008 dan GPS Sport yang dirilis dua tahun lalu, kelihatannya lebih dominan. Hasilnya, -ya, itu tadi- tak kurang dari 7 ribu unit GPS ludes diborong konsumen. Dan, diduga kuat, andil GPS Sport dan GPS Otomotif dalam perolehan total angka penjualan itu, cukup besar.
Pertanyaannya, adakah semata tren penggunaan GPS yang merebak saat ini yang menyebabkan penjualan Dunia Marine Internusa bisa meninggalkan para saingannya?
Atau sebaliknya, apakah tren penggunaan GPS itu semakin melebar karena didorong oleh aktifitas-aktifitas pemasaran yang dilakukan Dunia Marine Internusa, yang pada akhirnya berujung kepada derasnya fulus mengalir ke kantong Dunia Marine Internusa?
Sulit untuk memastikan faktor mana yang lebih utama. Yang bisa dikatakan adalah -besar kemungkinan- keduanya saling mempengaruhi.
Coba simak penuturan Natalia, Marketing Manager Garmin Indonesia. Katanya, anak usaha Dunia Marine Internusa yang bertugas memasarkan GPS Garmin ini rajin melakukan edukasi pasar. Pangkal persoalannya, sederhana saja. Walau konsumen tahu makna kata GPS bukan berarti secara otomatis konsumen mengerti akan fungsi dan teknis operasional penggunaan fasilitas itu.
Jamak pula terjadi, konsumen belum pernah sekali pun menyentuh fisik produk GPS secara langsung. Padahal, konsumen ingin memakainya. Alhasil, beragam manfaat fitur yang disediakan oleh produk GPS sebatas membayang saja di benak calon konsumen. Jika kondisi itu tidak diatasi, maka mustahil mengharapkan GPS Garmin dikenal bahkan dibeli konsumen awam yang merupakan pasar yang sangat potensial.
Setelah menimbang-nimbang beberapa pilihan, Garmin Indonesia kemudian memilih untuk melakukan gathering. Format event ini dinilai lebih efektif sebagai sarana edukasi karena menyediakan waktu yang cukup bagi calon konsumen untuk mengetahui seluk-beluk GPS Garmin.
Bagi tim Garmin Indonesia sendiri, gathering juga memberikan keleluasaan interaksi secara langsung dengan calon pembeli. Artinya, tanpa ditanya pun -baik karena calon pembeli kurang mengerti atau terjebak dalam situasi malu bertanya- tim Garmin Indonesia akan berusaha menjelaskan dengan detil.
Di pihak lain, Garmin Indonesia rupa-rupanya punya agenda tersendiri dengan format gathering. Masih menurut Natalia, gathering terbukti efektif menumbuhkan efek word of mouth. Buktinya, konsumen yang telah mengenal dan merasa cukup tahu produk GPS Garmin biasanya akan menjadi pemberi rekomendasi yang ampuh kepada rekan-rekannya yang ingin menggunakan fasilitas serupa.
Bersamaan dengan itu, edukasi juga dilakukan kepada kurang lebih 100 dealer yang menjadi mitra penjualan GPS Garmin. Plus aktif mengikuti ajang pameran besar semacam Indonesian Motor Show sekaligus rajin menjadi sponsor dan co-sponsor acara-acara otomotif dan pagelaran olahraga di Indonesia, khususnya sepeda dan lari.
Tentu saja, upaya-upaya pemasaran seperti itu dibarengi juga dengan rangkaian kegiatan promosi di berbagai media massa, seperti koran, majalah, maupun radio. Termasuk menggelar promosi dalam skala cukup besar di beberapa mal yang tersebar di seluruh Indonesia.
Singkat cerita, untuk sementara, semua kegiatan pemasaran dan promosi di atas, terutama gathering, tampaknya cukup memadai buat menopang kesuksesan Garmin Indonesia. Paling tidak, GPS Garmin kelihatan lebih dominan di bisnis ini, hingga sekarang.
Namun, kondisi itu agaknya tak akan berlangsung lama. Terlebih bila mengacu kepada sebuah prediksi yang menyatakan bahwa sekarang ini tak kurang dari 16 juta pengguna telepon seluler (ponsel) telah men-donwload GPS di ponsel mereka. Dan, kelak pada tahun 2014, jumlah pengguna peta elektronik di ponsel tersebut diramalkan akan membengkak menjadi 70 juta pengguna. Jika tidak segera diantisipasi, kecemerlangan kinerja GPS Garmin bisa-bisa redup nantinya.
Kendati mesti tetap waspada, toh kondisi itu bagi Natalie tidak perlu dikhawatirkan. Soalnya, aplikasi GPS pada mobile phone jauh berbeda dibandingkan dengan GPS Garmin. (BB/dbs/Christov)