(BeritaBisnis) – Apa yang diinginkan oleh konsumen sudah sangat jelas: pangan yang akan dikonsumsi harus aman. Tak terkecuali ayam.
Alhasil, para pelaku bisnis yang berkecimpung di bisnis itu pun harus memutar otak. Mau tidak mau, tuntutan itu harus dipenuhi kalau bisnis ingin survive. Beratnya lagi, keamanan pangan ayam itu wajib hukumnya dimulai dari tahap budidaya ternak unggas hingga bahan baku yang siap dikonsumsi.
Hasilnya, muncullah strategi yang diharapkan bisa memberikan jawaban terhadap harapan konsumen. Kini, para produsen unggas menyiapkan dirinya masing-masing untuk mengintegrasikan setiap lini bisnis yang ada. Mulai dari lokasi peternakan, pengolahan produksi unggas, pendistribusian, sampai membangun jaringan pemasaran sendiri.
Ambil contoh apa yang kemudian dilakukan oleh PT Sierad Produce Tbk. Perusahaan yang tercatat sebagai salah satu dari 50 perusahaan dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia pada tahun 2011 versi Majalah Fortune Indonesia ini, membangun gerai yang khusus menjual daging ayam segar dan produk ayam olahan di penghujung tahun 2009.
Gerai itu diberi label Bel-Mart dan memposisikan diri sebagai convinience meat shop yang menyediakan segala jenis daging ayam, mulai dari daging ayam segar, ayam yang dibumbui, maupun yang telah siap makan – ayam panggang rotisserie.
Eko Putro Sandjojo, Deputy President Director Sierad Produce, mengatakan Bel-Mart hadir untuk memenuhi keinginan masyarakat yang membutuhkan kepraktisan, kenyamanan, dan kesehatan dalam membeli kebutuhan daging ayam segar dan produk olahannya.
Itu pula sebabnya, Bel-Mart menawarkan konsep one stop shoping. Intinya, daging ayam yang tersedia di outlet Bel-Mart adalah daging ayam yang segar berkualitas dan tersertifikasi yang telah didukung sepenuhnya oleh sistem produksi Sierad.
Sistem produksi itu sendiri tercermin mulai dari pembibitan ayam, penggunaan pakan ternak yang berkualitas, hingga penerapan kebijakan mutu dalam pemotongan.
Seolah tak mau kalah, PT Charoen Pokphand Indonesia pun meluncurkan gerai Prima Fresh Mart.
Tujuannya, setali tiga uang. Alasan perusahaan yang mulai berdiri pada tahun 1972 dan merupakan penghasil pakan ternak dan Day Old Chicks terbesar di Indonesia ini, untuk mengoperasikan Prima Fresh Mart adalah memenuhi keinginan masyarakat yang membutuhkan kepraktisan, kenyamanan, dan kesehatan dalam membeli kebutuhan daging ayam segar dan produk olahannya.
Alhasil, di outlet Bel-Mart maupun Prima Fresh Mart tersedia segala jenis daging ayam, mulai dari daging ayam segar, ayam dibumbui, daging ayam olahan, maupun yang telah siap makan, termasuk kebutuhan dapur lainnya, terutama yang berhubungan dengan daging ayam seperti bumbu, dan sayur.
Cukup sampai di situ? Tentu saja tidak.
Bel-Mart lantas gencar meng-edukasi pelanggan dan masyarakat. Pesan yang disampaikan melalui seminar adalah cara memilih dan mengomsumsi ayam yang aman dan sehat dengan memperhatikan 4K (Kualitas, Keamanan, Kesehatan, Kelezatan).
Bel-Mart juga bercerita bahwa secara kualitas, ayam yang dijual di gerainya berasal dari bibit unggul yang diternakkan dengan suplai makanan yang bermutu dan terjaga keamanannya (food safety).
Lebih dari itu, prosesnya pun sesuai dengan standar Hazard Analysis & Critical Control Points (HACCP) dan biosecurity yang menjadi baku mutu perusahaan menghasilkan daging ayam yang aman untuk dikonsumsi dan bebas dari penyakit.
Selain itu, setiap produk yang disuguhkan di gerainya diperoleh dari budidaya ayam yang sehat (healthiness) serta mengandung vitamin dan zat-zat yang dibutuhkan tubuh manusia. Tak terkecuali memperhatikan faktor kelezatan dengan menggunakan sistem pemotongan yang canggih agar daging ayam menjadi lebih empuk dan lezat.
Perihal sistem cold chain supply, itu sudah pasti. Eko Putro Sandjojo bilang, sejak diangkut dari rumah pemotongan ayam (RPA), kemudian berada di dalam kendaraan pengirim, dan tiba di berbagai gerai, daging ayam Bel-Mart senantiasa berada di dalam lemari pendingin dengan suhu di bawah 6 derajat celcius. Gunanya, agar kesehatan dan kualitas daging ayam terjaga dan tidak rusak oleh kontaminasi bakteri.
Bersamaan dengan itu, Sierad Produce tak lupa juga membangun jaringan Bel-Mart agar konsumen merasa nyaman dan diberikan kemudahan. Buktinya, jaringan outlet Bel-Mart yang telah beroperasi sudah mencapai 52 gerai yang dilengkapi sistem pelayanan antar ke rumah dan tersebar secara luas di Wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor. Plus satu restoran bernama Delibel.
Bagaimana dengan Prima Fresh Mart? Tidak banyak kisah yang terungkap.
Yang jelas, Bel-Mart tampak serius mengembangkan perputaran roda bisnisnya. Dari riset yang dilakukan tercermin bahwa sebagian besar konsumennya adalah para ibu rumah tangga yang berusia antara 31-40 tahun.
Untuk komunitas ini, Bel-Mart rajin menggelar berbagai event, mulai dari kelompok RT/RW, pengajian, gereja sampai sekolah dengan tema-tema food safety. Atau, kerap juga menawarkan tema tentang cara memasak ayam dan menyimpan ayam di kulkas secara baik dan benar. Bahkan, para ibu-ibu itu diajak berkunjung ke RPA dengan tujuan mereka paham proses pemotongan ayam.
Menurut Eko Putro Sandjojo, melalui strategi semacam itu, Bel-Mart populer di sub-sub area seperti Cinere, Bekasi, Depok atau BSD Serpong.
Di sisi lain, Sierad Produce juga mengembangkan aspek lain yang mencakup penjualan ayam goreng. Dalam hal ini, Sierad Produce membentuk kemitraan dengan komunitas pedagang ayam goreng. Prinsipnya, satu gerai Bel-Mart akan diarahkan untuk membina dan membimbing 10 tempat penjualan ayam goreng dalam bentuk gerobak dengan nama Chikenow. Tidak tertutup pula kemungkinan, Sierad Produce akan mewaralabakan Bel-Mart.
Selain memanjakan selera konsumen, apa yang dilakuan Bel-Mart dan Prima Fresh Mart sebenarnya tidak lepas dari upaya masing-masing untuk membangun jaringan pemasaran sendiri. Lebih penting lagi adalah memperkuat jaringan distribusi produknya.
Disadari, perusahaan yang bisa menjual langsung produknya ke konsumen bakal memiliki nilai tambah lebih tinggi ketimbang bersandar kepada jaringan distribusi yang dikelola pihak lain.
Produsen juga punya alternatif jaringan penjualan selain jalur-jalur yang biasa dipakai, seperti pasar tradisional dan modern (hipermarket dan supermarket), sekaligus sebagai diferensiasi.