(Berita-Bisnis) – Pebisnis ritel modern produk perkakas rumah tangga di Indonesia boleh dikatakan masih sangat minim. Padahal kalau dihitung-hitung, ada ribuan jenis perkakas rumah tangga yang wajib dilengkapi di setiap rumah. Mulai dari gembok, palu, kunci, dan perkakas keras lainnya.
Celah inilah yang kemudian diambil oleh Grup Kawan Lama ketika pertama kali mengusung brand Ace Hardware ke Indonesia pada tahun 1995. Kelompok usaha ini kemudian mengoperasikannya melalui PT Ace Hardware Indonesia Tbk.
Belakangan, dalam tempo relatif cepat, Ace Hardware Indonesia bisa menjadi pemuncak bisnis ritel modern perkakas rumah tangga. Buktinya, tahun lalu, Ace Hardware Indonesia berhasil membukukan pendapatan (unaudited) sebesar Rp 2,4 triliun dengan laba bersih sebanyak Rp 240 miliar. Dan, untuk tahun ini, peritel modern perkakas rumah tangga itu berharap bisa meraih pendapatan senilai Rp 3 triliun.
Bisakah?
Agaknya hal itu bukanlah masalah “besar” bagi Ace Hardware Indonesia. Pasalnya, sepanjang tahun ini, Ace Hardware Indonesia sudah berencana mau membuka 10 hingga 15 gerai baru di beberapa kota di Indonesia, seperti di kawasan Jabodetabek maupun di Balikpapan, Makassar, dan Manado. Dengan sendirinya, kehadiran gerai-gerai baru tersebut akan melengkapi 55 gerai yang sudah dimiliki sampai saat ini.
Menurut Helen Tanzil, Corporate Secretary Ace Hardware Indonesia, pengoperasian gerai baru memang merupakan strategi pihaknya untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang bermuara kepada pencapaian target pendapatan baru.
Tapi, tunggu dulu. Rencana di atas kertas bisa saja tertulis dengan indah, sementara kenyataan di lapangan malah berbicara sebaliknya.
Medio Februari ini, Ace Hardware Indonesia secara resmi akan mengoperasikan gerai ke-56 di Bali dan selanjutnya gerai ke-57 dibuka di Serpong. Dalam rentang waktu yang tidak lama lagi, dua toko sejenis juga akan diluncurkan di pusat perbelanjaan Margo City Depok dan City Walk Bandung.
Setali tiga uang dengan outlet-outlet yang sudah memberikan kontribusi selama ini, toko-toko baru itu dipastikan hadir dengan rangkaian produk yang sangat lengkap. Kini, Ace Hardware Indonesia sanggup melengkapi tokonya dengan 70 hingga 80 ribu item produk.
Keseluruhan produk itu kemudian dibagi ke dalam tiga kategori (good, better, best) di semua jenis produk yang ada. Lalu, untuk memantau kecepatan penjualannya, seluruh produk juga dipilah ke dalam tipe fast, regular, dan slow moving. Bukan apa-apa. Cara ini tak lepas dari pricing strategy yang diterapkan oleh Ace Hardware Indonesia.
Di sisi lain, sistim barcoding yang melekat pada setiap produknya juga mendorong terciptnya kemudahan yang tak terhingga untuk mengetahui kondisi kebutuhan sekaligus persediaan barang di masing-masing cabang yang dapat dipantau secara langsung dari kantor pusat. Hasilnya, proses bisnis pun menjadi semakin efisien.
Namun, yang paling menonjol sesungguhnya adalah strategi pemilihan lokasi gerai. Dari toko pertama yang dioperasikan di Lippo Village Tangerang sampai 55 gerai yang sudah dikelola sampai saat ini, nyaris tidak ada satu pun yang kemudian mengalami kesulitan dan berakhir dengan cerita pahit alias ditutup.
Menurut Rudy Hartono, Business Development Director Ace Hardware Indonesia, pihaknya selalu menghindari sikap kaku dalam hal penentuan lokasi pembukaan gerai. Pusat perbelanjaan bukanlah harga mati.
Jika memang kondisi di lapangan dan perhitungan bisnis menyatakan bahwa gerai Ace Hardware Indonesia harus dioperasikan di luar mal (stand-alone), tidak jadi masalah. Semuanya tergantung kepada kebutuhan.
Akan tetapi, satu hal yang pasti, lokasi terpilih harus selalu berada di dalam kawasan yang sedang berkembang, apalagi kalau dikitari komplek perumahan yang bertumbuh pesat.
Itu sebabnya, wajar bila belakangan Ace Hardware Indonesia membuka gerai Ace Hardware yang terbesar di dunia (lebih dari 14 ribu meter persegi) di Living World Mal Alam Sutra, Tangerang. Wilayah ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat meyakinkan akhir-akhir ini.
Perhitungan yang sama tampaknya bakal diimplementasikan juga di luar area Jabodetabek seiring rencana ekspansi bisnis perusahaan. Singkat cerita, jejak bisnis Ace Hardware Indonesia di lapangan agaknya tak pernah melenceng dari rencana awal yang sudah dicanangkan.
Alhasil, kelengkapan produk dan pemilihan lokasi gerai yang jitu tak pelak menjadi kunci utama bagi Ace Hardware Indonesia untuk menggelembungkan pendapatannya dari Rp 2,4 triliun di tahun lalu menjadi Rp 3 triliun pada tahun ini. (BB/Luki)