(Berita-Bisnis) – Bila sebuah fitur atau aspek layanan yang selama ini menjadi faktor keunggulan -perlahan tapi pasti- bergeser menjadi hal yang generik, tindakan apa yang harus dilakukan?
Jawabannya, besar kemungkinan, adalah mencari faktor lain yang bisa menjadi nilai tambah di mata customer. Atau, bisa juga, menciptakan ceruk pasar baru yang diproyeksikan “sulit” untuk dimasuki kompetitor dalam waktu segera. Selain itu, kemungkinan-kemungkinan lain juga terbuka. Artinya, ada seribu macam peluang untuk tetap survive di tengah persaingan ketat.
Namun, bagi PT Columbindo Perdana -lebih populer dengan label Columbia Cash & Credit- jawaban pertama agaknya menjadi sebuah pilihan yang terbaik untuk saat ini. Itu sebabnya, sudah lebih dari setahun, Columbia melakukan pembenahan internal dan eksternal.
Apa pasal? Tawaran kredit barang-barang elektronik dan furnitur yang selama ini menjadi andalan Columbia tampaknya sudah tidak ampuh lagi untuk menggaet konsumen. Sudah semakin banyak retailer lain yang terjun ke bisnis sejenis memperoleh dukungan perbankan. Peritel lain yang tidak beroperasi di “domain” Columbia pun, toh mampu menawarkan fasilitas serupa yang ditopang oleh industri perbankan.
Jadi, ibarat sebuah peperangan yang tak berkesudahan, Columbia seolah-olah disergap dari semua penjuru mata angin.
Agar bisa keluar sebagai pemenang, Columbia lantas menerapkan sistem desentralisasi. Kewenangan yang selama ini terpusat di markas besar kemudian dibagi ke delapan kantor regional yang menaungi kurang lebih 8 kantor cabang. Ke delapan kantor regional itu sendiri, terdiri dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur-Bali-Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.
Lebih dari itu, otoritas pengembangan usaha pun berada dalam genggaman kantor regional. Hasilnya, rentang koordinasi operasional menjadi lebih pendek dan pos penghematan biaya membengkak. Kantor pusat yang terletak di Jl. KH. Moh. Mansyur, Kompleks Jembatan Lima Indah, Jakarta Barat, menjadi punya waktu dan lebih fokus ke isu-isu strategik, baik menengah maupun jangka panjang.
Penerapan program Excellence Operation itu lantas dipadu dengan pembenahan sisi eksternal. Saat ini, Columbia mengoperasikan kurang lebih 150 mobil canvaser dan 12 armada mobil-toko yang mengunjungi konsumen yang berada di pelosok-pelosok daerah. Rencananya, jaringan pemasaran itu akan semakin dilengkapi dengan kehadiran 450 gerai Columbia yang tersebar di seluruh Indonesia, hingga akhir tahun ini.
Dalam hal aspek pelayanan kepada konsumen, tentu saja faktor kemudahan merupakan prioritas utama bagi Columbia. Buktinya, dengan menawarkan persyaratan cukup fotokopi KTP, slip gaji atau rekening listrik dengan bunga paling tinggi 4 persen per bulan, ribuan tenaga penjualan Columbia bergerilya menjajakan produk elektronik dan furnitur di berbagai daerah.
Bukan cuma itu. Columbia juga merancang program cicilan serba Rp 100 ribu per bulan guna mempertahankan pelanggannya sekaligus menjadi senjata untuk mengakuisisi konsumen baru. Bahkan, bagi konsumen yang dianggap loyal, Columbia menyediakan program liburan ke luar negeri atau umroh.
Di sisi lain, memanfaatkan pesatnya penggunaan social media, Columbia pun tak lupa menggalakkan promosi via jejaring sosial. Yang terbaru adalah Columbia telah merilis Columbia Cash and Credit Online Shop.
Menurut Darwin Leo, Chief Operating Officer Columbia, ketika itu, kehadiran toko online yang menjual aneka perabot rumah tangga, barang elektronik, telepon seluler, dan alat musik itu -secara kontan maupun kredit- merupakan upaya pihaknya untuk meningkatkan penjualan.
Lalu, pada akhir Februari silam, Columbia juga telah mengoperasikan kantor cabang barunya di kawasan District Xin Sheng South Road, Taiwan. Agar konsumen dipermudah saat melakukan pembayaran cicilan, kantor cabang itu juga telah menjalin kerjasama dengan 7 Eleven, Familymart, Hi-Life, dan Ok Mart di Taiwan.
Pembenahan internal dan eksternal yang dilakukan kelihatannya memberikan hasil yang diharapkan. Columbia mengklaim bisnisnya bertumbuh sebanyak 50 persen pada tahun lalu. Tahun ini, angka tersebut diperkirakan bakal membesar lagi mengingat Columbia Cash and Credit Online Shop sudah mulai beroperasi.
Jujur, harapan itu agaknya bukan mustahil untuk diraih. Pasalnya, Columbia memiliki tim riset internal yang bertugas memantau pergerakan harga produk. Data primer dari tim inilah yang kemudian menjadi acuan harga jual sehingga bisa lebih kompetitif.
Adapun dari sisi produk, sampai sekarang, Columbia menggandeng 32 merek dengan total item mencapai kurang lebih 100 unit. Beragam produk tersebut bergabung dengan produk yang dihasilkan oleh Columbia sendiri, seperti Fujitec, Fuji, dan Nozomi.
Dan, jangan lupa. Dalam operasionalnya, Columbia mendapat dukungan penuh dari PT Sunprima Nusantara Pembiayaan dalam hal pembiayaan secara kredit. Asal tahu saja, Sunprima Nusantara Pembiayaan adalah bagian dari Columbia yang memiliki kurang lebih 70 cabang di seluruh Indonesia.
Sampai saat ini, dalam usianya yang hampir 30 tahun, omset usaha Columbia diperkirakan mencapai Rp 2 triliun per tahun. Jelas, bendera Columbia masih tetap berkibar di ranah bisnis pembiayaan produk elektronik dan furnitur. (BB/Christov)