(Berita-Bisnis) – Tulisan saya tentang Management by Fear (MBF) banyak mendapat komentar. Ini adalah salah satu komentar yang diterima: “setuju pak. MBF hanya akan menciptakan energi negatif, yang ujung-ujungnya result-nya jelas: negatif. Contoh real-nya pada suatu perusahaan. Yang jelas, perusahaan tersebut ditinggalkan oleh karyawan-karyawan terbaiknya. Yang lainnya akan menyusul (begitu ada peluang di luar). Kalau saya boleh berfilosofi, bila karyawan berhati besar karena energi, motivasi dan semangat besar, jelas akan berupaya besar untuk memberikan result yang sangat besar, dibandingkan dengan karyawan yang berhati ciut karena selalu ketakutan dan semangat jadi drop. Result-nya, bisa-bisa malah negatif.”
Itulah yang terjadi jika prasyarat sukses MBF tidak dipenuhi. Dan, untuk rekan saya yang berkomentar tersebut, yang seharusnya ada adalah energi positif. Persis sama dengan cerita film Monster Inc (produksi Disney di tahun 2001), ketawa lebih menghasilkan energi dibandingkan dengan ketakutan. Management by Reward (MBR).
Berlawanan dengan MBF yang menekankan hukuman, MBR menekankan pemberian penghargaan atas perilaku yang diinginkan.
Ada beberapa ciri khas organisasi yang menggunakan pendekatan MBR. Yang paling mudah dilihat adalah tata bahasa yang digunakan manajemen. Mereka akan menggunakan bahasa positif. Misal, kita akan pesta syukuran apabila berhasil mencapai penjualan tertentu bulan depan, kami menghargai karyawan yang berhasil menghemat biaya di unitnya, dan seterusnya.
Sering kali situasi yang sama, tetapi dituangkan dalam bahasa yang berbeda, akan memberikan efek psikologi (atau “energi” -terminologi yang dipakai teman saya di atas) yang berbeda juga. Contoh, perusahaan ingin mengkampanyekan “jangan berbuat fraud (kesalahan yang dilakukan dengan sengaja. Misal, mencuri, memalsukan dokumen, dan lain-lain).
Bandingkan dua kalimat ini: (1) tidak ada toleransi, langsung pecat, apabila Anda berbuat fraud; (2) Anda tidak ingin memiliki kecurangan terjadi di rumah Anda, bukan?
Kalimat (1) adalah pendekatan hukuman, sedangkan yang (2) adalah pendekatan pencerahan. Kalimat mana yang lebih menyejukkan hati? Apa pun pilihan Anda, tidak ada yang salah. Tergantung aliran yang dianut.
Kemudian, Anda juga bisa melihat ciri MBR ini dari perilaku manajemen-nya. Mereka tidak akan mudah mengeluarkan surat peringatan tanpa informasi yang komprehensif dan memastikan seluruh tindakan perbaikan telah dilakukan. Mereka tidak segan-segan menyetujui program-program yang akan meningkatkan energi positif organisasi.
Misal, celebrating small wins (merayakan kemenangan kecil), mengirim ucapan selamat kepada karyawan yang memiliki kinerja luar biasa, memberikan motivasi kepada karyawan yang sedang down, dan seterusnya.
Ada seorang rekan cerita ke saya. Tiga tahun lalu, mentalnya hancur karena bercerai. Hal tersebut membuatnya tidak mampu bekerja maksimum di bidang penjualan. Bukannya dipecat, direksi memberikan dorongan kepadanya untuk bertahan dan recovery. Dia pun dimutasi ke unit yang relatif lebih tidak stress dibandingkan dengan unit penjualan yang -semua orang tahu- memiliki tekanan mental yang sangat tinggi.
Dukungan tersebut membuatnya mau melewati masa sulit tersebut, dan menjadi salah satu karyawan dengan kontribusi besar. Dan, sekarang -3 tahun kemudian- dia sudah menemukan tambatan hatinya. An happy ending story.
Tetapi jangan salah, MBR tidak berarti tidak pernah menghukum. Demikian juga dengan MBF, itu tidak berarti organisasi tidak pernah menghargai. MBR dan MBF bukanlah dua dikotomi yang hitam putih. Tetapi, ia adalah filosofi dalam menjalankan organisasi.
Di MBR, silahkan saja menghukum yang memang bersalah, tetapi hukuman bukan menjadi senjata untuk menggerakkan perilaku. MBR menggunakan energi positif (mengutip lagi istilah yang digunakan teman di atas), memberikan semangat kepada organisasi untuk berkarya menuju yang terbaik.
Ketika performance evaluation tiba, setiap karyawan akan dievaluasi dengan fair. Dan, mereka akan menerima penghargaan yang sesuai dengan kontribusinya.
Penulis adalah seorang praktisi strategi bisnis
Penulis bisa dihubungi di: jopiejusuf@gmail.com