(Berita-Bisnis) – Apakah salah kalau di benak sebagian orang terbit persepsi bahwa menjual atau segala macam hal yang berkaitan dengannya adalah momok menakutkan? Tentu saja tidak. Faktanya memang itulah yang terjadi dan sering menjadi alasan bagi mereka untuk menghindarinya.
Padahal, menjual atau jualan itu merupakan bagian kehidupan sehari-hari.
Disadari atau tidak, semua orang dari beragam lapisan melakukannya. Entah itu terencana atau muncul secara spontan. Persis seperti apa yang pernah diungkapkan oleh Richard Denny. Bagi England Sales Expert itu, setiap orang menjual dengan berbagai cara.
Sayang, sebagian besar masyarakat masih sulit untuk memahami bahwa sesungguhnya mereka telah berhasil menjual sesuatu, baik produk maupun jasa.
Suatu saat, saya pernah terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan dengan teman lama yang punya karir bagus di bidang perbankan. Kami bicara ngalor-ngidul dan membahas rupa-rupa persoalan. Seru. Maklumlah, kami berdua sudah lama tidak bertemu. Lebih dari 7 tahun sesudah perjumpaan yang terakhir.
Dari sekian banyak topik pembicaraan, saya terkesan dengan perjalanan karirnya. Ia pun mengaku, dirinya sendiri tidak pernah menyangka bakalan berada di jalur karir yang bagus seperti sekarang ini. Soalnya, selain pemalu, rekan yang satu ini termasuk sering mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kuncinya, ternyata sepele, namun menjadi titik balik yang menentukan masa depannya kemudian. Yaitu, setelah sekian lama berusaha sendiri, ia berhasil merubah pemahaman dan cara pandangnya terhadap dunia penjualan. Teman itu berhasil menyingkirkan dan merubah isi benaknya kalau menjual adalah membina hubungan yang baik. Ia juga sukses mengatasi hambatan teknis -seperti rasa malu- yang dulu seolah-olah melekat erat di dalam dirinya.
Singkat cerita, “berjualan itu sungguh menyenangkan,” kata teman saya.
Memang, di mana pun, entah di rumah, kantor, atau organisasi lainnya, kita selalu menjual pengetahuan dan kemampuan kita. Semuanya terjadi dan mengalir begitu saja. Karena itulah, sering dikatakan jika semua orang bisa melakukan penjualan dan semua orang adalah penjual.
Akan tetapi, bercermin dari pengalaman rekan saya tadi dan juga apa yang saya alami, pernyataan di atas sebenarnya belum sempurna jika kita tidak menyadari bahwa menjual punya dasar yang lebih fundamental, yaitu menjalin hubungan yang baik.
Saya kira tidak perlu memberikan penjelasan panjang lebar tentang betapa seringnya kita lupa untuk menjalin hubungan baik lebih dulu sebelum menjual. Gampang ditemukan dimana-mana, nafsu deal closing sudah terlebih dahulu “menguasai” seorang salesman. Sementara keinginan dan hasrat calon konsumen belum tergali secara optimal.
Pengalaman membuktikan sebagian besar penjualan terjadi berkat terbinanya hubungan yang baik. Setelah itu, kepercayaan pun akan terbentuk dan bermuara ke hasil akhir yang menyenangkan bagi kedua belah pihak.
Bahkan, hubungan yang terus dibangun setelah terjadi transaksi, besar kemungkinan bakal memberikan efek domino lanjutan. Contohnya, teman saya tadi. Kliennya yang merasa percaya kemudian memberikan referensi dan menjadi corong promosi efektif bagi produk yang ditawarkan. Kalau kondisinya sudah seperti itu, bisa dibayangkan betapa mudah dan betapa besarnya keuntungan yang bisa diraih di masa mendatang.
Manfaat hubungan baik tentu saja tidak sebatas melakukan penjualan barang atau jasa yang diperdagangkan semata. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan baik sangat berguna untuk mengembangkan networking. Dan, bila tiba waktunya, jejaring yang luas semakin mempermudah aktivitas penjualan yang ingin dilakukan.
Karena sudah berubah, teman saya tadi melakukan semua proses di atas dengan penuh riang dan sikap optimis. Ia sepertinya ingat betul dengan apa yang juga pernah dilontarkan oleh Richard Denny: duty makes us do things well but love makes us do them beautifully.
Selamat Menjual.
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.
Penulis adalah praktisi sales & marketing di salah satu pengembang terkemuka di Indonesia.
Penulis bisa dihubungi di: hermandigunawan@yahoo.com