Yang pertama adalah beroperasinya pabrik baru yang terletak di Cikupa, Tangerang, pada awal tahun depan.
Kehadiran pabrik senilai Rp 300 miliar dengan kapasitas produksi sebesar 12 ribu ton per tahun ini otomatis mendongkrak total kapasitas produksi makanan olahan beku (termasuk udang beku) Sekar Bumi menjadi 21 ribu ton per tahun.
Adapun pemicu yang kedua berupa terbukanya peluang yang besar untuk menggenjot penjualan udang beku ke pasar ekspor.
Hal ini tentu saja tak lepas dari terganggunya pasokan udang di pasar ekspor yang berasal dari Thailand lantaran merebaknya penyakit Early Mortality Syndrome yang mengancam budidaya udang di negara tersebut.
Di sisi lain, Sekar Bumi juga disebut sedang berupaya keras untuk menggaet pembeli baru dari Tiongkok karena pasokan dalam negerinya diduga tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang terus meningkat.
Kata Harry Lukmito, Presiden Direktur Sekar Bumi, dengan berbagai kondisi tadi, pihaknya optimistis grafik penjualan, khususnya untuk pasar ekspor, akan meningkat sebesar 50 sampai 70 persen.
Asal tahu saja, selama semester pertama tahun ini, Sekar Bumi yang berbasis di Surabaya sukses mencetak penjualan sebanyak Rp 378 miliar. Pencapaian ini naik 65 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu (Rp 228 miliar).
Dan, dari perolehan tersebut, andil penjualan ekspor mendominasi dengan kisaran sebesar 90 persen dari total penjualan Sekar Bumi.
Berita-Bisnis mencatat, Sekar Bumi sejatinya juga sedang membangun pabrik anyar yang terletak di Lamongan, Jawa Timur. Pabrik ini dirancang memiliki kapasitas produksi makanan olahan beku sebesar 12 ribu ton per tahun.
Sementara itu, dalam rangka menyediakan beragam pilihan produk kepada para pelanggannya, Sekar Bumi pun tak lupa melakukan diversifikasi produk. Salah satunya adalah rencana untuk merilis produk udang berbumbu. (BB/as/Christov)