Dan, pabrik dengan investasi mencapai kurang lebih Rp 350 miliar itu dipastikan mampu mengolah 35 ribu ton biji cokelat per tahun yang menghasilkan bubuk cokelat, cokelat cair, dan butter.
Bersamaan dengan itu, pabrik yang dioperasikan PT Kalla Kakao Industri ini juga memiliki gudang penyimpanan bahan baku dengan daya tampung sebanyak 1.500 ton biji kakao.
Kata Imelda Jusuf Kalla, Direktur Keuangan Kalla Group, seluruh mesin Kalla Kakao Industri khusus didatangkan dari Jerman dan sudah memenuhi standar internasional.
Ditambahkan, pihaknya akan berkonsentrasi untuk memasarkan bubuk cokelat, cokelat cair serta butter tadi ke pasar ekspor. Untuk itu, beberapa negara telah menjadi sasaran, seperti Tiongkok, Australia, India, kawasan Timur Tengah, dan kawasan Eropa.
Kalla Group menginformasikan, sekitar 80 persen bahan baku berasal dari petani cokelat yang berada di Sulawesi Tenggara. Adapun sisanya bersumber dari Sulawesi Selatan dan daerah lain.
Kalla Group juga menegaskan bahwa pabrik Kalla Kakao Industri merupakan pabrik pengolahan cokelat pertama yang beroperasi di Sulawesi Tenggara.
Kelak, dalam tempo tiga tahun mendatang, kapasitas pabrik itu diproyeksikan meningkat menjadi 70 ribu ton per tahun.
Berita-Bisnis mencatat, seiring tingginya permintaan terhadap beragam produk olahan cokelat yang berlangsung belakangan ini, tak sedikit pelaku bisnis yang kemudian menggagas pendirian pabrik baru di pasar domestik.
Ambil contoh, Barry Callebaut AG -produsen terbesar cokelat sekaligus pemasok Nestle SA- yang saat ini diketahui sedang membangun pabrik sejenis di Sulawesi Selatan.
Sementara di Gresik, Jawa Timur, Cargill Inc. -via PT Cargill Indonesia- bakal mengucurkan dana hingga US$ 100 juta untuk membangun pabrik pertamanya di kawasan Asia dengan kapasitas produksi sebanyak 70 ribu ton per tahun.
Pabrik yang diproyeksikan mulai beroperasi pada pertengahan tahun ini dirancang mengolah biji kakao menjadi produk liquor, butter, dan bubuk cokelat.
Adapun di Surabaya, JB Cocoa Sdn. Bhd. dari Malaysia membangun pabrik bubur cokelat berkapasitas 30 ribu ton per tahun.
Hingga akhir tahun lalu, menurut data Asosiasi Industri Kakao Indonesia, tak kurang dari 14 pabrik pengolahan kakao telah beroperasi di Indonesia. (BB/as/Christov)