(Berita-Bisnis) – Layanan yang diberikan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) untuk menerima pembayaran premi asuransi PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) melalui fasilitas ATM dan kartu kredit, tampaknya cukup memuaskan bagi Prudential Indonesia.
Itu sebabnya, rencana BNI untuk menghadirkan layanan autodebet sebagai fasilitas tambahan pembayaran premi disambut dengan antusias oleh Prudential Indonesia.
Menurut Darmadi Sutanto, Direktur Konsumer dan Ritel BNI, pihaknya juga bakal mengembangkan layanan sejenis via Mobile atau SMS Banking serta BNI PhonePlus, dalam waktu tidak lama lagi.
Ditambahkan, sejak hadir tiga tahun silam, total transaksi pembayaran premi Prudential Indonesia melalui jaringan ATM BNI mencapai 64 ribu transaksi per bulannya. Kondisi ini memberikan dampak positif terhadap pos pendapatan fee based income BNI yang mampu mendulang fulus kurang lebih Rp 400 juta per bulan dari lalu lintas pembayaran premi Prudential Indonesia.
Kelak, dengan kehadiran layanan autodebet tersebut, BNI menargetkan pertumbuhan nasabah Prudential Indonesia yang menggunakan jasa layanannya bakal meningkat sebesar dua kali lipat. Adapun total nasabah Prudential Indonesia sampai saat ini tercatat sebanyak 1,6 juta nasabah.
Di samping menggandeng Prudential Indonesia, BNI sendiri sampai sekarang sedang dalam proses mendekati 10 perusahaan asuransi agar bersedia memanfaatkan jasa layanannya.
BNI mengklaim, selama semester pertama tahun ini, transaksi via fasilitas elektronik BNI terus bertumbuh dengan jumlah pengguna e-Banking yang sudah mencapai 9 juta nasabah kartu debit. Di samping itu, tercatat pula 1,56 juta nasabah BNI PhonePlus, 582 ribu pengguna internet banking, dan 3,23 juta nasabah yang memanfaatkan SMS banking.
Disebutkan, dari Januari hingga Juni 2012, pencapaian volume transaksi BNI PhonePlus telah menyentuh angka Rp 53,37 miliar. Bersamaan dengan itu, performa internet banking BNI pun tampil meyakinkan dengan volume transaksi sebanyak Rp 2,121 triliun plus SMS Banking sebesar Rp 1,01 triliun. (BB/as/Luki)