Produk ini sendiri -yang telah digunakan di lebih dari 70 negara di seluruh dunia- diklaim merupakan solusi untuk mengatasi masalah pencernaan.
Maklumlah, kandungan Eucarbon Herbal (Fol.Sennae, Extractum Rhei, CarboLigni, Aetherol, Foenoculli) disebut bisa membantu meringankan gangguan pada saluran cerna, seperti kembung maupun sembelit.
Di sisi lain, dengan kandungan yang sama pula, Eucarbon Herbal bisa berfungsi untuk menetralisir gas dan racun di saluran cerna plus membantu mengatasi konstipasi pasca bedah serta gangguan saluran cerna lainnya.
Kata Iswanto, Direktur Utama Phapros, lewat produk anyar tersebut, pihaknya optimistis bisa menggenggam minimal 3 persen market share segmen laxative di pasar domestik, sepanjang tahun 2015.
Adapun dalam tempo tiga tahun ke depan, pencapaian tersebut diproyeksikan meningkat menjadi 6 persen.
Asal tahu saja, selain karena ditopang kehandalan Eucarbon Herbal sebagai produk jitu untuk mengatasi masalah pencernaan, pentas bisnis digestive remedies di Indonesia pun -khususnya di kelas terapi laxative– disebut sedang mengalami pertumbuhan yang menjanjikan.
Ambil contoh data yang diungkapkan oleh IMS. Selama tiga tahun, mulai dari 2010 hingga 2013, pasar laxative diketahui tumbuh rata-rata mencapai 8 persen dengan nilai sebesar Rp 140 miliar.
Berita-Bisnis mencatat, per akhir November lalu, penjualan Phapros telah meningkat sebesar 17 persen secara year on year.
Sementara itu, hingga kuartal ketiga tahun ini, laba bersih yang berhasil dikumpulkan oleh Phapros juga menanjak 39,6 persen tinimbang periode yang sama tahun sebelumnya. (BB/as/Luki)