MANAGEMENT BY FEAR

JOPIE JUSUF - Praktisi Strategi Bisnis

(Berita-Bisnis) – Bila Anda adalah penggemar Disney’s movie dan memiliki anak kecil berumur 10 tahunan pada tahun 2001, kemungkinan besar Anda tahu atau nonton film Monster Inc. Untuk Anda yang tidak menonton film kolaborasi Disney dan Pixar tersebut, saya berikan ringkasannya di paragraf berikut.

Ceritanya, ada dunia yang paralel dengan dunia manusia, yaitu dunia monster (tentu dalam visual yang lucu dan menggemaskan). Di dunia tersebut, terdapat satu perusahaan raksasa yang bernama Monster Inc. Tugasnya selama bertahun-tahun adalah muncul di kamar anak-anak setiap malam (lewat pintu lemari kamar anak-anak yang bersangkutan), dan menakuti anak-anak.

Nah, kalau sang anak menjerit atau menangis ketakutan, energinya diserap. Energi ketakutan ini dikumpulkan dan menjadi sumber listrik untuk dunia monster tersebut. Setelah melewati berbagai cerita gaya Disney, di akhir cerita, perusahaan tersebut menemukan bahwa ternyata tertawanya anak-anak menghasilkan energi yang jauh lebih besar dibanding ketakutan. Jadi, misi pun berubah. Malam-malam, mereka berusaha membuat anak-anak tertawa. Happy ending!

Buat beberapa orang, itu hanyalah sebuah film. Tetapi sesungguhnya, ia menyiratkan satu pelajaran yang sangat mendasar dalam manajemen: positive reinforcement lebih baik daripada negative consequences. Positive reinforcement merujuk pada hal-hal yang membangkitkan semangat, menghargai, menyenangkan. Yang satunya lagi adalah hukuman, teguran, dan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Menghasilkan energi yang jauh lebih besar dibanding ketakutan. (Foto: Ist)Beberapa teman saya menggunakan istilah Management by Fear (MBF), mengelola dengan ketakutan. Ini mirip dengan Monster Inc. di awal film, mencapai tujuan dengan menciptakan ketakutan. Karyawan selalu diancam, ditekan untuk mengerjakan sesuatu.

Ini tercermin dari bahasa dan kebijakan. Misal, “kalau 3 minggu berturut-turut tidak bisa mencapai target produksi, keluar”, “begitu ada kesalahan kecil, dikucilkan sampai mengundurkan diri”, dan seterusnya. Organisasi selalu memiliki cara untuk memaksa orang mengundurkan diri tanpa harus memecatnya.

Pertanyaan kritis, apakah dengan MBF, organisasi bisa mencapai target? Jawabannya: bisa! Kita menyaksikan era perbudakan menghasilkan berbagai karya yang sangat spektakuler, seperti the great wall di Cina. Dalam berbagai bentuk yang lebih atau sangat bagus, kita masih bisa menemuinya di organisasi sekarang.

Pertanyaan kritis berikutnya adalah “apakah kesuksesan tersebut dapat sustainable (berlangsung lama)? Jawabannya: bisa! Asal beberapa syarat ini dipenuhi. Pertama, pekerjaannya tidak kompleks. Ia dapat dikelola dengan sistem ban berjalan. Karena sederhana, maka karyawan baru dapat belajar dengan cepat dan menggantikan yang lama dengan cepat juga. Kedua, supply tenaga kerja untuk bisnis perusahaan yang bersangkutan dapat diperoleh dengan mudah dan cepat.

Ketiga, maturity level dari karyawan adalah rendah. Untuk tipe karyawan seperti ini, mereka hanya bisa menjalankan perintah. Dalam kebanyakan kasus, mereka juga tidak mampu mencerna informasi yang tidak jelas. Jadi, gaya manajemen yang paling tepat adalah telling style.

Tetapi, saya perlu mengingatkan Anda. Walaupun syarat-syarat di atas dipenuhi, Anda perlu mengira-ngira batas tahan organisasi terhadap tekanan. Bila batas tersebut dilampaui, organisasi bisa hancur. Misal, karyawan melakukan gerakan fisik yang destruktif.

Saya pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, karyawan suatu perusahaan mengusir paksa secara fisik kelompok karyawan baru yang berasal dari (calon) investor yang ingin mengakuisisi perusahaan tersebut. Para karyawan lama merasa ditindas, ditekan, dizalimi sampai tingkat yang tidak dapat ditoleransi lagi. Mereka berontak. Mereka sudah tidak peduli dengan masa depan atau kelangsungan kerjanya lagi. Mereka hanya tahu: tidak mau lagi ditekan. Akibat aksi tersebut, akuisisi gagal.

Bila batas terhadap tekanan terlampaui, organisasi bisa hancur. (Foto: Ist)Saya tidak bermaksud meng-amin-i aksi tersebut. Itu adalah cerita yang lain. Moralnya adalah, segala sesuatu ada batasnya, terutama bila ia melibatkan tekanan dan ketakutan.

Bila persyaratan dasar tersebut tidak dipenuhi, saya tidak sarankan untuk menggunakan pendekatan MBF. Alasannya sudah sangat jelas, manusia tidak suka diancam terus menerus. Kalau pun orang-orang masih bekerja, itu hanya karena mereka belum memiliki pilihan lain. Atau, mereka sudah tidak laku lagi. The dead log. Dan, saya harus katakan, sudah sulit sekali menemukan situasi yang memenuhi semua persyaratan sukses MBF.

Kalau begitu adanya, mungkin sudah saatnya kita belajar dari Monster Inc, menemukan bahwa tertawa ternyata menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan ketakutan. Management by Reward.

Penulis adalah seorang praktisi strategi bisnis
Penulis bisa dihubungi di: jopiejusuf@gmail.com

Bagikan :
Iklan Bawah

Baca Juga

LAYANAN EXECUTIVE CLASS SRIWIJAYA AIR RESMI HADIR
BERITA

LAYANAN EXECUTIVE CLASS SRIWIJAYA AIR RESMI HADIR

(Berita-Bisnis) - Hari ini, maskapai penerbangan Sriwijaya Air resmi menghadirkan executive class di 15 rute penerbangan. (lebih…)
TRIPUTRA AGRO BANGUN 2 PABRIK BARU
BERITA

TRIPUTRA AGRO BANGUN 2 PABRIK BARU

(BeritaBisnis) - PT Triputra Agro Persada, anak usaha Triputra Grup, saat ini sedang menyelesaikan pembangunan satu pabrik pengolahan kelapa sawit...
BINAKARYA PROPERTINDO GROUP LUNCURKAN MENARA DALLAS
BERITA

BINAKARYA PROPERTINDO GROUP LUNCURKAN MENARA DALLAS

(Berita-Bisnis) - Setelah sukses dalam penjualan tahap pertama apartemen Casablanca East Residences yang berlokasi di kawasan Jakarta Timur, Binakarya Propertindo...
LEWAT CUSTOMER GATHERING, SEMEN INDONESIA PACU PENJUALAN DI JAWA TIMUR
BERITA

LEWAT CUSTOMER GATHERING, SEMEN INDONESIA PACU PENJUALAN DI JAWA TIMUR

(Berita-Bisnis) - Dalam pandangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, hubungan erat yang terjalin dengan distributor serta peritel, disadari merupakan salah...
AIRASIA TAWARKAN TARIF PROMO SEMARANG – KUALA LUMPUR
BERITA

AIRASIA TAWARKAN TARIF PROMO SEMARANG – KUALA LUMPUR

(BeritaBisnis) - Posisi kota Semarang sebagai salah satu tujuan wisata semakin menarik minat banyak pebisnis. Salah satunya adalah maskapai Indonesia...
CINEMAXX BUKA GERAI KE-9 DI CIKARANG
BERITA

CINEMAXX BUKA GERAI KE-9 DI CIKARANG

(Berita-Bisnis) - Perlahan tapi pasti, PT Cinemaxx Global Pasifik -pemilik jaringan gerai Cinemaxx Theater- semakin memperkokoh posisinya di ranah bisnis...

Berita-Bisnis.com hadir untuk menyemarakkan dinamika dunia bisnis Indonesia.

Dinamika Dunia Bisnis Indonesia