
(BeritaBisnis) – Pernahkah Anda teringat pada suasana rumah sakit tahun 80-90an?
Suasana riuh rendah, aroma antibiotik yang menyergap hidung, loud speaker besar, suster berbalut seragam putih dengan penutup kepala warna senada.
Tidak lupa pula, di tengah keramaian suasana semacam itu, hadir mantri kesehatan pencatat data pasien yang sekaligus bertugas menginjeksi mantoux untuk deteksi penyakit paru-paru.
Bisa jadi, momen-momen itulah yang memenuhi benak kita sekarang. Dan sayangnya, ingatan itu sangat kuat melekat, seolah susah hilang dari benak kebanyakan orang. Alhasil, tanpa disadari, banyak orang yang sangat membenci suasana rumah sakit.
Tidak ramah, konvensional, berisik, nyaris tak berbeda dengan pasar tradisional. Bahkan, bukan tidak mungkin, punya pengalaman buruk dengan pelayanan para medis yang judes dan seenaknya.
Itu dulu!
Satu waktu, secara kebetulan, saya sempat bertemu dengan seorang manajer pemasaran sebuah production house di lobi rumah sakit tempat saya bekerja. Tanpa banyak basi-basi, rekan itu memberikan pujian terhadap penampilan lobi rumah sakit. Dia sungguh terkesan dengan desain interior maupun penataan ruangnya. Mulai dari gerai kopi ternama, toko buku kecil, restoran, mesin ATM, bank, plus ditingkahi dentingan halus piano dari sudut lobi rumah sakit.
Bukan apa-apa. Teman saya ini dulunya memiliki trauma sendiri terhadap bau obat-obatan rumah sakit dan penampilan jadulnya. Namun, begitu memasuki lobi rumah sakit tempat saya bekerja, sirna sudah semua bayangannya, berganti dengan suasana cozy yang membuatnya semakin betah ngobrol dengan saya.
Ada lagi seorang HRD Director perusahaan asuransi internasional yang sering nongol di area lobi saat pagi baru menjelang. Apa yang dia lakukan? Ngopi sembari menikmati suasana lobi rumah sakit. Setelah itu, baru berangkat ke kantornya yang kebetulan tidak jauh dari lokasi rumah sakit.
Aneh-aneh saja. Ngopi kok di rumah sakit, seperti tidak ada lagi tempat lain yang bisa dikunjungi.
Itulah yang terjadi saat ini di industri kesehatan, khususnya rumah sakit. Berbenah, merubah diri, transformasi, dan secara radikal menempatkan customer service sebagai ujung tombak yang tidak bisa diabaikan lagi.
Pakar pemasaran Al & Laura Ries pernah berkata bahwa radical marketing dilakukan untuk merubah konsep berpikir seseorang tanpa merubah makna terhadap fungsi serta nilai sebuah filososi awal.
Artinya, merubah penampilan dan wajah rumah sakit adalah sebuah tindakan radikal yang pada awalnya mungkin bagi kebanyakan orang merupakan sebuah tindakan yang dicibir. Apa perlunya gerai kopi dan toko buku ada di rumah sakit? Apakah mal memang sudah terlalu sempit untuk kehadiran mereka?
Justru tidak. Kehadiran berbagai gerai di rumah sakit sejatinya bisa membantu proses perubahan dan pemaknaan seseorang terhadap penampilan rumah sakit itu sendiri. Toh filosofinya tetap sama yaitu pusat pelayanan kesehatan/pengobatan. Akan tetapi, pelayanan yang diberikan jauh lebih modern dan lebih bersahabat dengan para pengunjung.
Satu poin penting yang juga tak bisa diabaikan adalah perubahan itu sesuai dengan tuntutan kebutuhan gaya hidup saat ini.
Kondisi yang sama persis dengan tenaga sales dan marketing rumah sakit. Dulu, mereka mungkin tidak dibutuhkan. Tapi, saat ini, mereka justru menjadi aset vital bagi rumah rumah sakit untuk menjemput pasien. Terlebih-lebih di tengah persaingan ketat industri rumah sakit yang bertumbuh pesat belakangan ini.
Bicara tentang pemanfaatan ruang seperti contoh di atas, memang sangat tergantung kepada luas bangunan masing-masing rumah sakit. Ada yang kecil, sedang maupun yang besar. Namun, yang lebih penting lagi adalah sangat dipengaruhi oleh visi dan strategi manajemen pengelola rumah sakit. Tanpa itu, sulit mengharapkan terjadinya perubahan.
Sudah diketahui bersama, jumlah pasien rawat inap sering kalah jauh dibanding dengan pasien rawat jalan atau pun total pengunjung yang datang membesuk. Bagi manajemen pengelola yang jeli, kondisi semacam ini tentulah sebuah peluang baik yang untuk digarap lebih lanjut. Di sisi lain, market yang tersedia seperti ini tentu saja sangat menggoda bagi pemilik gerai makanan maupun gerai lainnya.
Singkat cerita, konsep kenyamanan sudah semestinya menjadi hal mutlak bagi industri rumah sakit saat ini. Dengan demikian, pasien pun akan mendapat perlakuan yang istimewa sekaligus bisa merubah wajah dan penampilan rumah sakit menjadi tempat untuk bersosialisasi.
Jika itu yang terjadi, manajemen pengelola rumah sakit sangat mungkin melakukan ekstensifikasi bisnis di masa mendatang dengan prinsip win-win solution dengan para mitranya, yang pada akhirnya dapat memperbesar pundi-pundi pemasukan rumah sakit itu sendiri. Dan, bagi pengunjung, tanpa terbebani trauma masa lalu, mereka pun bisa bersantai di rumah sakit.
Satu lagi. Jangan heran, suatu kali nanti, saat Anda berkunjung ke rumah sakit, Anda akan merasa seperti berjalan di foyer mal karena di kanan kiri lobi rumah sakit penuh dengan butik, restoran, galeri ATM maupun gerai-gerai lainnya. Kalau beruntung, Anda bisa berpapasan dengan suster cantik yang tampil menawan. Semoga.
Penulis adalah Head of Corporate PR Siloam Hospitals Group