
Asal tahu saja, Berdikari kini bisa menghasilkan 120 ton hingga 160 ton produk olahan kakao setengah jadi setiap minggunya. Produk itu sendiri berupa cocoa butter, cocoa cake, dan cocoa liquor.
Menurut Siti Marwah, Direktur Keuangan Berdikari, seluruh produk tersebut diekspor ke kawasan Asia (Singapura, Malaysia) maupun kawasan Eropa yang mencakup Belanda, Inggris, dan Spanyol.
Ditambahkan, total ekspor produk olahan kakao setengah jadi Berdikari telah mencapai 1.500 ton sampai akhir Juli lalu.
Seperti diketahui, Berdikari sebelumnya hanya menjual kakao mentah ke Asia dan Eropa. Bersamaan dengan itu, Berdikari juga tercatat menjual furnitur.
Belakangan, seiring penerapan regulasi pajak ekspor bahan mentah sebesar 10 persen pada biji kakao (belum diolah) yang dirilis tiga tahun silam, harga kakao pun terus mengalami penurunan yang pada akhirnya mendorong Berdikari untuk merambah lini bisnis baru.
Untuk itu, selain melibatkan para petani kakao di Sulawesi (Palu, Kendari, Kloaka, Kombana) yang berperan sebagai pemasok biji kakao, Berdikari juga tak lupa merangkul PT MDKI dan PT Unicom yang berlokasi di Makassar sebagai pabrikan pengolah biji kakao.
Berita-Bisnis mencatat, pada medio Mei 2013, Cargill -perusahaan pangan asal Amerika Serikat- telah memulai pembangunan pabrik pengolahan kakao senilai kurang lebih Rp 1 triliun yang terletak di Kawasan Industri Maspion V, Gresik, Jawa Timur.
Pabrik baru yang merupakan pabrik pengolahan kakao pertama Cargill di kawasan Asia itu diperkirakan rampung pada pertengahan tahun depan dan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar di kawasan Asia. (BB/as/Christov)