
Pabrik senilai Rp 350 miliar itu tercatat memiliki kapasitas produksi sebanyak 35 ribu ton per tahun dan bakal menghasilkan bubuk coklat, coklat cair, dan butter.
Adapun untuk pengadaan bahan bakunya, Kalla Kakao Industri akan mendatangkan biji coklat dari para petani coklat di wilayah Sulawesi.
Menurut Ahmad Zaky, Direktur Kalla Kakao Industri, pabrik baru tersebut menggunakan mesin buatan Jerman dengan kualitas terbaik dan memenuhi standar internasional.
Ditambahkan, sampai saat ini, pihaknya telah menerima pernyataan minat dari beberapa perusahaan pengelolaan lainnya, seperti Godiva, Nestle, dan Kraff.
Dan, lebih dari itu, Kalla Kakao Industri juga berencana mengekspor sebagian besar bubuk coklat, coklat cair, dan butter tersebut ke kawasan Timur Tengah, Australia, China, India, dan Eropa.
Kalla Kakao Industri -anak usaha Kalla Group- menegaskan, pabrik di kawasan Jl. Poros Bandara, Konawe Selatan, itu merupakan pabrik pengolahan cokelat yang pertama di Sulawesi Tenggara.
Kelak, dalam tempo tiga tahun mendatang, kapasitas pabrik diproyeksikan meningkat menjadi 70 ribu ton per tahun. (BB/as/Christov)